Soe Hok Gie (Dokumentasi Mapala UI)
Alya, 15 tahun mengatakan, musabab peristiwa ini sendiri karena Indonesia menjadi sasaran bagi negara-negara besar dan masing-masing ideologinya.
"Kalau saya merasa, Indonesia kan strategis banget, kalau peristiwa G30S/PKI itu peristiwa konflik ideologi yah. Nah itu tuh kaya kita, ideologi-ideologi ingin menguasai Indonesia gitu. Karena Indonesia strategis dari letak, kekayaan, rakyatnya," kata Alya.
Alya menyebut, film yang cukup fair dalam penggambaran situasi saat peristiwa adalah film tentang tokoh mahasiswa Soe Hok Gie. "Nah saya juga pernah liat film Soe Hok Gie tentang PKI. Nah di situ ada teman Soe Hok Gie yang gabung ke partai PKI, padahal si temennya ini gak tahu apa sih itu PKI, karena dia cuma ikut-ikutan," kata dia.
Jadi, lanjutnya, kita kalau mau ikut ideologi tertentu, kita harus tahu dulu esensi yang akan kita ikuti itu apa? Jadi bukan sekedar ikut-ikutan.
Menurut Alya, literatur yang minim tentang peristiwa itu di sekolah-sekolah menjadi bukti bahwa selalu melulu sejarah versi pemerintah yang benar. Padahal, sejarah versi itu selalu menjadi perdebatan, bahkan disebut tak komprehensif.
"Tapi kalau yang saya lihat literatur di sekolah tentang G30S/PKI itu sedikit jadi lebih banyak sudut pandang pemerintah aja gitu. Kaya kita tuh jarang bahas peristiwa G30S/PKI dari sudut pandang komunisme itu sendiri," kata dia.
Padahal, lanjut Alya, kan engga kenapa-kenapa kita belajar, kita juga belajar liberalisme, tapi kan bukan berarti kita liberalis gitu loh. "Jadi saya lihat kurang variatif aja kalo misalkan literatur di sekolah dibatasi," ungkapnya.