Berdasarkan informasi yang dihimpun, ada tiga yayasan yang kini memiliki kamp-kamp atau kampung penampungan para Landeuh yakni Attaubah 60, Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (Yasmui), dan Baitul Maal Hidayatullah (BMH).
2 dari 3 yayasan tersebut yaitu, Attaubah 60 dan Yasmui merupakan yayasan yang memiliki satu donatur tetap (perorangan). Sedangkan yayasan BMH terang-terangan melalui situs www.bmh.or.id menggalang donasi dalam program "Hijrah Mualaf Suku Badui".
Sebagai pemikatnya, BMH melampirkan desain foto kehidupan warga Baduy yang menggambarkan Baduy mengisolasikan diri, tidak bisa membaca dan menulis, serta memilih hijrah. Sebuah ajakan berbau pandangan stereotipe terhadap Suku Baduy.
IDN Times sudah beberapa kali berusaha mengonfirmasi yayasan BMH. Namun hingga kini tak ada respons. Pun begitu dengan Yayasan Yasmui. Tak banyak akses informasi yang kami bisa peroleh dari mereka.
Sementara itu, donatur tetap dan pendiri yayasan Attaubah 60, Roni Iswara, ditemui di bilangan BSD Serpong, Tangerang Selatan, mengatakan bahwa tujuan utamanya mendirikan yayasan di sekitar pemukiman Baduy adalah untuk membantu mengajarkan mereka para Ladeuh yang telah memeluk Islam belajar agama.
"(Tujuan) nomor satu adalah agama. Mereka bisa jadi paham agama. Orang dia dulu aja masuk Islam saja belum bisa baca. Yang kedua ekonomi, karena itu di pinggir jalan, di rute ke arah Ciboleger. Kita jadikan tempat wisata. Karena memang program pemerintah sana akan membangun wisata, yang jelas kita tidak membuat perkumpulan yang eksklusif, tersembunyi, gak mau diketahui orang, gak gitu," ungkapnya kepada IDN Times, Rabu (21/8).
Roni mengungkapkan, dia memberikan tanah dan membangunkan rumah untuk para fakir itu dengan perjanjian agar rajin menjalankan ibadah.
"Perjanjiannya ya salat ya, terus saya wakafin. Dua minggu gak salat ya pindah, perjanjiannya gitu aja," kata Roni.
Soal penamaan kampung Baduy Mualaf, Roni pun mengakui bahwa nama tersebut memang terkesan menjual. Namun, Ia juga menjelaskan, penamaan tersebut juga atas inisiasi warga yang menempati lahannya.
"Yang kasih nama itu (kampung Baduy Mualaf), orang-orang situ. Kita pakai nama “Attaubah” itu biar ada kesan-kesan itu," kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Roni bercerita bahwa ada beberapa kasus soal yayasan tak jelas yang memungut amal atas nama Baduy namun malah menjurus pada tindak penipuan.
"Ya ada yang kaya gitu, ada juga yang bilangnya kirim beras 1 ton ke Baduy tahunya cuma ratusan doang, ya ada yang kaya gitu," kata dia.
"Sejujurnya ya, sejujurnya karena ada lahan dijual di situ dan itu dana bukan dana siapa-siapa, dana pribadi tidak ada arahan pergerakan khusus. Kita mengikuti aturan pemerintah, menjadi bagian dari desa pemerintah, semua program-program pemerintah kita dilibatkan. Dan nanti kita serahkan ke pemerintah lagi," tambah Roni.