Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Cerita Hera, Anak Ke-8 dari 10 Saudara yang Ikut Sekolah Rakyat di Lebak

IMG-20250801-WA0006.jpg
Sekolah Rakyat di Lebak (IDN Times/Muhamad Iqbal)
Intinya sih...
  • Mayoritas peserta SRMA Lebak dari keluarga miskin dengan banyak anak, tinggal di rumah kecil dan tidak pernah menyentuh angka Rp1 juta per bulan.
  • Sekolah Rakyat ini hadir sebagai "jembatan" untuk mereka bermimpi dengan asrama, makan tiga kali sehari, dan pembinaan karakter.
  • Para siswa akan jalani masa adaptasi selama dua bulan karena program ini adalah gagasan prioritas Presiden Prabowo Subianto untuk menyentuh lapisan masyarakat termiskin yang tidak pernah mendapat kesempatan pendidikan bermutu.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Lebak, IDN Times - Di sebuah rumah berdinding papan dan beratap genting lusuh di pelosok Kecamatan Wanasalam, tinggal seorang gadis remaja bernama Hera. Ia adalah anak ke-8 dari 10 bersaudara. Rumah mereka hanya berukuran 30 meter persegi (m²), dengan dua kamar yang harus berbagi untuk delapan anak.

Di sinilah Hera bersama kakak dan adiknya dibesarkan dalam kemiskinan dan keterbatasan. Ayahnya, Ahmad, bekerja sebagai buruh harian lepas. Penghasilannya tak menentu, bahkan tak jarang nihil dalam sebulan. Ibunya, Suhariah, tak bekerja di luar rumah. Dari sembako bantuan pemerintah hingga listrik bersubsidi, semua penopang hidup mereka berasal dari negara.

Namun hari ini, tanggal 1 Agustus 2025, menjadi hari yang berbeda. Hera tersenyum. Ia berdiri tegak sebagai salah satu siswa angkatan pertama Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 34 Kabupaten Lebak sekolah gratis berasrama yang dirancang untuk anak-anak dari keluarga termiskin. Ia tak sendiri. Ada puluhan siswa lain dengan kisah serupa. Ada yang dua belas bersaudara dan ada pula yang nyaris putus sekolah karena tidak sanggup beli seragam.

“Harapan saya, supaya saya bisa sekolah sampai lulus, cita-cita jadi dokter, bisa bantu orang tua” ucap Hera, Jumat (1/8/2025). Matanya berkaca-kaca, bukan karena sedih, tapi karena harapan yang baru saja dibuka untuknya.

1. Mayoritas peserta SRMA Lebak dari keluarga miskin dengan banyak anak

IMG-20250801-WA0002.jpg
Peresmian Sekolah Rakyat di Lebak (IDN Times/Muhamad Iqbal)

Hera adalah gambaran nyata dari banyak siswa lain di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 34 Kabupaten. Mayoritas berasal dari keluarga besar dengan jumlah saudara di atas enam orang, tinggal di rumah sempit dan menumpang di tanah orang, dengan penghasilan keluarga yang tak pernah menyentuh angka Rp1 juta per bulan. Pendidikan dianggap mewah, kadang bahkan tidak diprioritaskan, karena urusan makan sehari-hari lebih mendesak.

Namun Sekolah Rakyat ini hadir sebagai “jembatan” untuk mereka bermimpi. Disiapkan sepenuhnya oleh pemerintah, siswa tinggal di asrama, makan tiga kali sehari, dan belajar di bawah bimbingan guru-guru yang tinggal di lokasi yang sama. Sekolah ini tidak hanya memberi pendidikan, tetapi juga ruang perlindungan dan pembinaan karakter.

“Siangnya pembelajaran, malamnya pembentukan karakter keagamaan. Gurunya juga tinggal di asrama, jadi kita dampingi 24 jam,” ujar Kepala SRMA 34, Chandra Lestianta Budiarsi.

2. Para siswa akan jalani masa adaptasi selama dua bulan

IMG-20250801-WA0005.jpg
Sekolah Rakyat di Lebak, Banten (IDN Times/Muhamad Iqbal)

Chandra mengatakan, para siswa memang tidak berasal dari latar belakang yang biasa hidup di asrama. Karena itu, dua bulan pertama akan menjadi masa adaptasi, termasuk bagi para guru yang kini berdedikasi penuh untuk menemani para siswa setiap hari, tanpa libur.

Program Sekolah Rakyat adalah gagasan prioritas Presiden Prabowo Subianto yang dijalankan oleh Kementerian Sosial, dengan tujuan menyentuh lapisan masyarakat termiskin yang tidak pernah mendapat kesempatan pendidikan bermutu. Para siswa yang diterima berasal dari kelompok Desil 1 dan Desil 2 dalam Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional kategori miskin dan miskin ekstrem.

Bagi Hera dan siswa-siswa lain, sekolah ini bukan sekadar ruang kelas. Ini adalah jalan menuju masa depan yang selama ini hanya mereka dengar dari cerita orang lain.

Di balik wajah-wajah polos dan seragam baru yang mereka kenakan hari ini, tersembunyi tekad untuk mengubah garis nasib. Dari SRMA 34 Lebak, mereka memulai langkah pertama. Dan mungkin, kelak, dari sinilah lahir pemimpin-pemimpin besar yang tak pernah lupa bagaimana rasanya belajar dengan perut kosong, tapi hati penuh harapan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ita Lismawati F Malau
EditorIta Lismawati F Malau
Follow Us