Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
default-image.png
Default Image IDN

Serang, IDN Times - Sulit rasanya melepaskan perayaan Imlek di Indonesia dari sosok Abdurrahman Wahid, cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Kiai Hasyim Asy’ari. Warga Tionghoa di Indonesia bisa merayakan Imlek secara terbuka berkat sosok yang kerap disapa Gus Dur itu.

Bermula ketika Gus Dur terpilih sebagai Presiden RI ke-4. Pada 17 Januari 2000, Gus Dur menganulir Instruksi Presiden (Inpres) No. 14/1967 yang selama masa Orde Baru dipakai penguasa untuk melarang segala hal berbau Tionghoa--termasuk Imlek-dilakukan secara terbuka. 

Ketika Gus Dur mencabut inpres tersebut, warga Tionghoa begitu bergembira. Sejak tahun itu, Imlek kembali dirayakan dengan terbuka dan meriah.

Hingga kemudian, pandemik COVID-19 melanda Tanah Air pada awal Maret 2020. Segala aktivitas yang mengundang kerumunan dibatasi bahkan dilarang, termasuk kegiatan keagamaan. 

Sedianya, Imlek 2021 jatuh pada Jumat, 12 Februari mendatang. Jelang Imlek, IDN Times Hyperlocals menghadirkan sejumlah artikel bertema tradisi hingga proses akulturasi budaya Tionghoa di Bumi Pertiwi hingga tokoh Tionghoa yang memiliki peran penting.

Selain itu, bagaimana kira-kira perayaan Imlek tahun ini? Apakah tetap meriah atau sunyi senyap? Simak yuk artikel kolaborasi di bawah ini.

1. Imlek 2021, khidmat tanpa keramaian

Default Image IDN

Perayaan tahun baru Imlek bagi warga Tionghoa di Palembang pada 2021 nampaknya bakal diselenggarakan tanpa hingar bingar dan keramaian Setidaknya itu yang dikatakan sejumlah pengurus klenteng di sejumlah daerah di Tanah Air.

Pengelola Klenteng Tri Dharma Chandra Nadi (Soei Goeat Kiang), Tjik Harun yang berada di kawasan 10 Ulu, Palembang mengatakan, pihaknya tidak akan menggelar pagelaran barongsai pada 12 Februari mendatang. 

Imlek tahun ini, kata dia, bahkan terpaksa tidak dirayakan dengan kemegahan pemasangan ribuan lampu lampion.

"Dua kegiatan ini dikhawatirkan menimbulkan kerumunan banyak orang dan dapat menjadi penyebaran COVID-19," ujar Pengelola Klenteng Tri Dharma Chandra Nadi (Soei Goeat Kiang), Tjik Harun yang berada di kawasan 10 Ulu, Palembang, Jumat (5/2/2021).

Kebijakan tanpa perayaan itu, kata Harun, sebagai bentuk komitmen pengurus klenteng untuk mengikuti pemerintah daerah yang sudah mengeluarkan aturan melalui surat edaran tentang pelaksanaan tradisi perayaan Imlek di masa pandemik COVID-19.

Meski demikian, ibadah pada malam Imlek, tetap dilaksanakan seperti biasa tanpa dilakukan batasan karena biasanya memang tidak mengundang kerumunan.

"Tapi untuk barongsai, jidor, dan lampion ditiadakan karena ini yang biasanya mengundang orang datang," kata dia.

Mengurangi kegiatan yang mengundang kerumunan juga ditempuh pengelola Vihara Thay Hin Bio di Pesawahan, Kecamatan Telukbetung Selatan, Kota Bandar Lampung. Vihara ini tetap menyiapkan vihara untuk ibadah, namun tidak melaksanakan bazar. 

Padahal, tahun-tahun sebelumnya, vihara ini kerap melaksanakan bazar untuk merayakan Imlek. 

Di Yogyakarta, panitia gelaran tahunan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) bakal menempuh kemasan acara yang berbeda. Tahun ini, sebetulnya PBTY sudah berusia 16 tahun.

Tahun-tahun sebelumnya, perhelatan PBTY 2021 ini meriah dengan wisata kuliner sebagai salah satu andalan untuk menarik perhatian pengunjung. Namun, tahun ini tidak ada keramaian dalam PBTY.

“Sesuai kondisi (pandemik COVID-19) ya. Kami menggelar secara virtual,” kata Humas PBTY 2021, Gutama Fantoni saat dihubungi IDN Times, 6 Februari 2021.

Meski virtual, PBTY tetap akan dilaksanakan selama tujuh hari. Tepatnya sejak 20-26 Februari 2021.

Gutama mengakui, membuat acara virutal itu lebih sulit karena harus menyesuaikan antara waktu dengan orang-orang yang akan dilibatkan untuk mengisi acara.

Beberapa narasumber yang telah menyatakan kesediaan untuk mengisi acara antara lain Hudayana dari Benteng Jakarta serta penari dan koreografer, Didik Nini Thowok.

Selain membatasi jumlah pengunjung dan menggelar acara virtual, pengelola Vihara Gunung Timur, yang berada di Jalan Hang Tuah Kecamatan Medan Polonia menerapkan sistem nomor antrean. 

"Karena area cukup luas, kita batasin sekitar 50 orang yang boleh masuk untuk sembahyang, dan itu kita lakukan secara bergantian," kata salah satu pengurus vihara bernama Vicky pada 4 Februari lalu.

Dia juga menegaskan, tidak akan ada ibadah tatap muka, karena biasanya umat yang datang beribadah dan langsung pulang. "Kalau untuk pesta kembang api di vihara gunung timur tidak ada, karena berdekatan dengan gedung pemerintah jadi ditiadakan," tutupnya..

2. Imlek dibayangi pandemik, berkumpul dengan hanya keluarga terdekat

Editorial Team

Tonton lebih seru di