Serang, IDN Times – Akun Instagram @savesmanfourkotser menjadi pusat perhatian publik setelah mengunggah konten yang mengungkap sejumlah dugaan pelanggaran serius di SMAN 4 Kota Serang, Banten. Unggahan tersebut menyebut praktik pelecehan seksual oleh oknum guru, intoleransi, pungutan liar, hingga intimidasi terhadap siswa selama bertahun-tahun tanpa penanganan tegas dari pihak sekolah.
Dalam satu unggahan, alumni sekolah mengaku kasus pelecehan seksual sudah diketahui sejak lama, dan melibatkan siswa dari berbagai angkatan. Namun laporan siswa justru ditanggapi dengan kalimat meremehkan seperti, “Sudah ya, dimaafkan saja, jangan bilang orangtua.”
Selain itu, akun tersebut menyoroti dugaan pungutan liar (pungli) terhadap siswa, seperti kewajiban membeli Lembar Kerja Siswa (LKS), buku Ramadan, dan seragam sekolah dengan harga tinggi tanpa kuitansi resmi. Program One Day One Thousand (ODOT) atau iuran harian siswa juga dikritik, karena dinilai tidak transparan dan membebani siswa yang harus berjualan sendiri untuk mengikuti lomba-lomba ekstrakurikuler.
Isu intoleransi juga muncul ketika sekolah disebut meminta OSIS menghapus unggahan ucapan Kenaikan Isa Almasih. Akun resmi sekolah @sman4kotasrg, tak ditemukan unggahan ucapan untuk hari besar keagamaan non-Islam.
Keluhan lainnya mencakup intimidasi terhadap siswa yang membagikan ulang konten kritik tersebut, serta kondisi ruang kelas yang padat, di mana satu ruang diisi lebih dari 50 siswa tanpa ventilasi dan kipas angin.