Wisatawan melihat biji kopi yang siap digunakan di kebun kopi kaki Gunung Merbabu, Banyuanyar, Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (11/2/2022). Selain memperkenalkan berbagai jenis kopi yang tumbuh di daerah tersebut, wisatawan juga disuguhkan racikan kopi di kebun dengan menikmati suasana udara segar kaki Gunung Merbabu (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)
Menurut Wahid, pengembangan kopi di desanya juga diintegrasikan dengan kawasan agrowisata, karena terdapat destinasi wisata hutan meranti, wisata air terjun dan budaya Kaolotan.
Selain itu, dikembangkan pula wisata mengelilingi perkebunan kopi. Pengunjung agrowisata tidak hanya warga Banten, Bogor dan DKI Jakarta, tapi juga mancanegara.
Pengembangan perkebunan kopi tersebut telah menjadi peluang usaha masyarakat di sekitar kawasan wisata hutan meranti Kaolotan Karang.
Ketua Komunitas Kasepuhan Adat Pasir Eurih, Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak Maman Sahroni mengungkap, pihaknya kini memproduksi kopi bubuk guna menciptakan kemandirian ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di daerahnya.
Usaha produksi kopi di Kasepuhan Pasir Eurih cukup potensial menumbuhkan perekonomian masyarakat, sebab di dukung bahan baku di daerah itu yang melimpah. Produksi kopi lokal di daerah itu jika memasuki musim panen dipasok ke luar daerah, dan petani menjualnya ke tengkulak berbentuk biji seharga Rp15 ribu per kilogram.
Komunitas yang memiliki 200 anggota yang kebanyakan pemuda itu diharapkan dapat menyelamatkan petani memproduksi kopi dibandingkan menjual berbentuk biji ke tengkulak.
Selain itu, Komunitas Kasepuhan Pasir Eurih juga melakukan persemaian tanaman kopi sebanyak 5.000 batang, dan tanaman hutan produksi dari pemberian Presiden Joko Widodo di lahan seluas 200 hektare pada Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
Adit (30), seorang perajin kopi Leuit Baduy mengatakan pihaknya telah membuka usaha kopi itu sejak tahun 2016 hingga kini tetap eksis dan bisa meraup keuntungan bersih Rp10 juta/bulan.
"Kami merasa bersyukur dengan mengikuti Festival Kopi, dan diharapkan dapat meningkatkan omzet pendapatan ekonomi," katanya.
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Deni Iskandar, meminta petani terus mengembangkan perkebunan kopi guna meningkatkan produksi karena permintaan pasar cenderung meningkat. Produksi kopi di Lebak baru mencapai 560 ton per tahun dari tanaman kopi seluas 1.685 hektare.
Pemerintah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, kini terus mendorong petani setempat untuk mengembangkan tanaman kopi, komoditas yang pernah masa keemasan pada masa Kolonilal Belanda. Kabupaten Lebak bertekad dapat menjadi sentra produksi kopi guna menopang peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.