Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pergerakan tanah. (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)
Ilustrasi pergerakan tanah. (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Intinya sih...

  • Warga ngaku ketakutan akibat bencana iniMenurut Siti, bagian dapur menjadi area paling parah terdampak pergerakan tanah. Suara retakan tanah hantui warga setiap malam.

  • Suara retakan tanah hantui warga setiap malamSaat malam hari, Siti kerap mendengar suara retakan dari tanah maupun bangunan rumahnya. Warga berharap pemerintah segera turun tangan untuk memberikan bantuan.

  • Kades sebut lokasi tersebut kerap kali terjadi pergerakan tanahKepala Desa Sumurbandung, Budi Setiawan menjelaskan bahwa lokasi terdampak berada sekitar 30 meter dari aliran Sungai Cikupa. Perlu penangan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Lebak, IDN Times – Hujan lebat yang mengguyur Kabupaten Lebak, Banten, memicu pergerakan tanah di Kampung Gunungtanjung Barat, Desa Sumurbandung, Kecamatan Cikulur. Akibat kejadian tersebut, sedikitnya empat rumah warga dan satu bangunan musala mengalami kerusakan berat.

Selain rumah yang rusak parah, beberapa bangunan lain juga dilaporkan mengalami kerusakan ringan. Pergerakan tanah terjadi setelah intensitas hujan tinggi dalam beberapa hari terakhir yang menyebabkan struktur tanah di kawasan tersebut menjadi labil.

Salah satu warga terdampak, Siti Saemah (38), mengungkapkan kondisi rumahnya yang mengalami kerusakan cukup serius. Bagian dapur rumahnya tampak terbelah dan temboknya patah, sementara kamar mandi mengalami retakan yang mengkhawatirkan.

“Kalau habis hujan, tanah itu makin turun. Tembok juga jatuh sedikit-sedikit,” kata Siti, kepada wartawan dikutip Senin (22/12/2025).

1. Warga ngaku ketakutan akibat bencana ini

Ilustrasi pergerakan tanah. (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Menurut Siti, bagian dapur menjadi area paling parah terdampak pergerakan tanah. Bahkan, bagian tengah rumahnya ikut tertarik akibat pergeseran struktur tanah di bawah bangunan.

Meski diliputi rasa takut, Siti mengaku tidak memiliki pilihan selain tetap bertahan di rumah tersebut karena keterbatasan tempat tinggal alternatif.

“Takut mah takut, tapi mau bagaimana lagi. Tidak ada tempat buat pindah, cuma di sini saja,” ujarnya.

2. Suara retakan tanah hantui warga setiap malam

Ilustrasi pergerakan tanah. (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Saat malam hari, Siti kerap mendengar suara retakan dari tanah maupun bangunan rumahnya. Suara tersebut menambah kekhawatiran warga yang tinggal di kawasan rawan tersebut.

“Kadang suka ada suara ‘bletuk’, dari atas atau dari bawah. Terus tembok jatuh sedikit-sedikit. Ya jelas takut,” ungkapnya.

Siti berharap pemerintah segera turun tangan untuk melakukan penanganan dan memberikan bantuan agar warga tidak terus hidup dalam ketakutan.

“Semoga ada perbaikan. Mudah-mudahan ada bantuan gitu dari pemerintah,” harapnya.

3. Kades sebut lokasi tersebut kerap kali dilanda pergerakan tanah

Ilustrasi pergerakan tanah. (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Sementara itu, Kepala Desa Sumurbandung, Budi Setiawan menjelaskan, bahwa lokasi terdampak berada sekitar 30 meter dari aliran Sungai Cikupa. Ia menyebut, pergerakan tanah di wilayah tersebut memang kerap terjadi setiap musim hujan, namun kondisi kali ini dinilai lebih parah.

“Kalau kami amati, setiap musim hujan deras, setelah air surut selalu ada pergerakan tanah. Tapi sekarang makin hari makin parah,” jelas Budi.

Menurutnya, kondisi tersebut perlu segera mendapatkan penanganan serius untuk mencegah risiko yang lebih besar, seperti kejadian di desa tetangga yang sebelumnya mengharuskan warga direlokasi akibat pergerakan tanah.

“Wilayah ini memang rawan karena berada di sepadan sungai. Harapannya ada upaya penanggulangan untuk mengurangi abrasi,” katanya.

Budi menambahkan, pihak pemerintah desa telah melakukan koordinasi dan mengajukan permohonan mitigasi bencana kepada BPBD Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten, serta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cidanau-Ciujung-Cidurian (C3).

“Koordinasi sudah kami jalankan, tapi penanganan spesifik belum ada,” ungkapnya.

Topics

Editorial Team