Serang, IDN Times - Ambulans berkelir putih itu mulai berjalan perlahan dengan lampu harzard yang terus bekedip. Seolah membuat barikade, puluhan tenaga kesehatan berdiri berjajar di samping kanan dan kiri. Ada yang melambai, ada yang melipat tangan seraya merapal doa.
Para tenaga kesehatan itu melepas dan memberi penghormatan terakhir untuk rekan sejawat mereka, dr Imai Indra, SpAn yang meninggal dunia karena COVID-19 pada 2 September lalu. Dia menjadi dokter pertama di Aceh yang gugur dalam perjuangan melawan COVID-19.
“Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Aceh menyampaikan suka cita yang mendalam, sejawat kami, dr Imai Indra, SpAn yang merupakan salah satu pahlawan penanganan COVID-19,” kata Ketua Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Aceh Safrizal Rahman.
Kematian Imai menambah deret panjang tenaga kesehatan yang gugur saat menangani pasien-pasien COVID-19. Jumlah tenaga medis yang gugur itu kini sudah lebih dari 100 orang. Tak hanya dokter, perawat dan tenaga pendukung medis lainnya pun terpapar penyakit yang disebabkan virus corona tipe baru, SARS-CoV-2 itu.
Banyak kalangan khawatir, jumlah tenaga medis yang gugur bakal bertambah. Pasalnya, menurut Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Adib Khumaidi, tingginya angka kematian nakes merupakan gambaran bahwa ada masalah dalam infrastruktur kesehatan yang menyebabkan faktor risiko penularan bertambah.
"Infrastruktur tersebut meliputi ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD), ketersediaan obat, dan sumber daya manusia di rumah sakit," ungkapnya.
Salah satu dokter di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) COVID-19 Extension, dr. Debryna Dewi Lumanauw mengungkapkan banyak rumah sakit yang saat ini kekurangan alat pelindung diri (APD).
"Saya gak usah ngomong yang luar pulau yah, saya ngomong yang di Jawa aja tapi agak masuk. Itu jauh sekali dari pertama sampai sekarang. Pertama mungkin masih ada donatur yang mau mendonasikan sampai ke pelosok-pelosok Jawa. Sekarang, sudah gak ada, bukan lagi menurun, tapi sudah gak ada lagi," katanya dalam Webinar IDN Times bertajuk Menjaga Indonesia, dengan tema 'Kisah Mereka Garda Terdepan Negeri'.
Debryna mengatakan, banyak media yang tidak lagi memberitakan soal kurangnya APD. Media juga tak menyadari, jika tenaga medis kekurangan APD di saat angka COVID-19 di Indonesia terus meningkat.
"Di saat-saat seperti ini teman-teman sejawat saya itu di luar Jakarta mereka kekurangan APD. Ini sih yang menurut saya harus dijadikan prioritas yang lebih ini lagi. Sekarang kita sudah beneran gak ada apa-apa lagi, mau beli saja gak ada. Sekarang terlalu mahal, sudah gak ada budget itu juga," sambungnya.
Berikut jibaku para tenaga medis di garis terdepan dalam menghadapi pasien-pasien COVID-19. Mereka mempertaruhkan nyawa, di tengah minimnya fasilitas keselamatan.