Perajin Tahu Tempe Mogok Produksi, Pelaku UMKM Menganggur

Gak hanya ibu-ibu saja yang pusing, tapi pelaku UMKM juga

Lebak, IDN Times - Aksi mogok perajin tahu dan tempe gak hanya bikin pusing ibu-ibu, tapi juga pelaku usaha mikro kecil dan menengah ( UMKM). Di Kabupaten Lebak, misalnya, ada pelaku UMKM yang gak dapat penghasilan. 

Salah satu pelaku UMKM bernama Maryati, sehari-hari berjualan gorengan tahu tempe di Jalan Lingkar Selatan Rangkasbitung. Kini, Maryati menutup usahanya dan menganggur.

Sementara itu, Kepala Bidang UMKM pada Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Abdul Waseh mengatakan dampak mogok perajin tahu tempe se - Jabotabek itu  berimbas terhadap pelaku UMKM.

Dari 1.700 UMKM di Kabupaten Lebak, sebagian besar jenis perdagangan dan ini kemudian berdampak pada "Saya yakin dampak menghilangnya tahu tempe cukup besar, (pelaku UMKM) kehilangan pendapatan ekonomi masyarakat hingga miliaran rupiah per hari," katanya.

Baca Juga: Perajin Tahu Tempe: Maaf, Kami Puasa Produksi

1. Maryati tidak menemukan tahu dan tempe di pasar

Perajin Tahu Tempe Mogok Produksi, Pelaku UMKM MenganggurPedagang gorengan terdampak aksi mogok produksi perajin tahu dan tempe (Antara)

Maryati mengaku tak bisa menemukan tahu dan tempe di pasar Pasar Rangkasbitung. Sejak Senin (21/2/20220 dinihari hingga pagi, tak ada pedagang yang menjual tahu dan tempe.

"Bingung, tahu tempe menghilang akibat aksi mogok perajin kedelai itu, " kata Maryati, seperti dikutip dari Antara, Senin

2. Maryati kehilangan pendapatan Rp150 ribu per hari

Perajin Tahu Tempe Mogok Produksi, Pelaku UMKM MenganggurIlustrasi Uang. (IDN Times/Ita Malau)

Karena tak berjualan, Maryati pun tak mendapat penghasilan. Akibatnya, dia kehilangan penghasilan, Rp150 ribu per hari.  Jika perajin tahu tempe tetap mogok selama 3 hari, maka total dia kehilangan penghasilan Rp450 ribu. 

Dana sebesar itu biasanya cukup membantu ekonomi keluarga, utamanya di tengah pandemik COVID-19 saat ini. Untuk itu, Maryati berharap pemerintah dapat memberikan solusi, sehingga perajin tahu tempe kembali memproduksi. 

Hal senada dikatakan pedagang gorengan lainnya, Marjuk (50). Warga Kabupaten Lebak mengaku dirinya kini terpaksa tidak berjualan gorengan tempe mendoan dan kehilangan pendapatan Rp200 ribu per hari.

 "Kami sekarang bingung untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga jika tidak berjualan gorengan tempe mendoan itu, " kata Marjuk yang biasa berdagang di Jalan Hardiwinangun. 

Dia bersama teman sesama pedagang gorengan di sana pun kini menganggur karena tidak ada bahan baku tempe. 

3. Harga kedelai yang tinggi menjadi biang kerok

Perajin Tahu Tempe Mogok Produksi, Pelaku UMKM MenganggurIlustrasi pekerja mengolah kedelai untuk produksi tahu dan tempe (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Salah satu produsen tempa tahu di Lebak, Satari (45), mengungkap alasannya mogok produksi karena harga kedelai yang naik dan kini dijual Rp12 ribu per kilogram. Padahal, biasanya kedelai ada di kisaran Rp8 ribu per kg. 

Penghentian produksi itu, menurut dia, atas keputusan Puskopti Jakarta untuk menuntut pemerintah memberikan subsidi harga kedelai.  "Kami berharap harga kedelai bisa kembali normal," kata Satari.

Baca Juga: Harga Kedelai Naik Terus, Perajin Tempe di Tangsel Mogok Produksi 

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya