Rabeg dan Perjalanan Sultan Banten ke Tanah Arab

Suatu ketika, Sultan Maulana menuaikan ibadah ke Tanah Suci

Serang, IDN Times - Di sekitar Serang, Banten ada satu kuliner legendaris dengan pengemar setia. Namanya rabeg. 

Bahan dasarnya adalah daging dan jeroan kambing yang dimasak dengan bumbu dan rempah yang berlimpah. Gak hanya enak, masakan ini juga wangi serta menggugah selera. 

Di balik kemunculan kuliner satu ini, ada sebuah kisah perjalanan Sultan Banten, yakni Maulana Hasanuddin loh. Seperti apa? Simak nih penjelasannya. 

1. Rabeg, berbahan dasar daging kambing dengan bumbu yang kaya

Rabeg dan Perjalanan Sultan Banten ke Tanah Arabtwitter.com/BrataSe99075167

Ya, kuliner rabeg berbahan dasar daging kambing, termasuk jeroan dan hati. Bumbu-bumbu yang dipakai dalam memasak kuliner yang satu ini dari bawang, cabai, kayu manis, cengkih, tomat, hingga tomat dan bawang daun. 

Rasa kuliner satu ini gurih, manis, dan wangi. Saat jam makan siang, wangi rabeg sangat menggugah selera. 

Simak nih resep rabeg, di link di bawah ini. 

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten Eneng Nurcahyati mengatakan bahwa rabeg sudah menjadi sajian yang melegenda di Banten. Karena bukan hanya terkait kelezatannya, tetapi juga nilai historisnya yang tak bisa dilepaskan dari Banten.

Baca Juga: Resep Rabeg Khas Banten, Sedapnya Gak Kaleng-kaleng

2. Sejarah rabeg, bermula saat Sultan Maulana Hasanuddin ke Tanah Suci

Rabeg dan Perjalanan Sultan Banten ke Tanah ArabKabah (flickr.com/HR staff)

Rabeg memiliki sejarah panjang, seperti disarikan Indonesia.go.id. Salah satu buku yang membahas sejarah rabeg ini adalah Jejak Kuliner Arab di Pulau Jawa yang ditulis Gagas Ulung dan Deerona.

Dalam buku itu, penulis menjabarkan bahwa keberadaan rabeg tak bisa dilepaskan dari perjalanan Sultan Maulana Hasanuddin ke Tanah Suci, untuk menunaikan ibadah haji.

Sultan Maulana adalah putra sulung dari Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon. Dia merupakan penguasa Kesultanan Banten bergelar Pangeran Sabakinking yang memerintah antara 1552 hingga 1570.

Baca Juga: Sejarah Kesultanan Banten dan Syiar Islam di Tanah Jawara

3. Sultan Maulana menyukai masakan saat berada di Kota Rabigh

Rabeg dan Perjalanan Sultan Banten ke Tanah ArabSultan Maulana Hasanuddin (Wikimedia/Kang Alam

Setelah berlayar selama beberapa waktu dari Banten, Sultan Maulana dan rombongan tiba kota pelabuhan bernama Rabigh. Kota ini terletak di tepi Laut Merah.

Rabigh sendiri adalah sebuah kota kuno yang sebelumnya bernama Al Juhfah dan saat ini masuk dalam wilayah Jedah, Provinsi Makkah, Arab Saudi.

Sultan Maulana Hasanuddin begitu mengagumi keindahan Rabigh dan kerap menghabiskan waktu berkeliling kota, sambil menikmati kuliner di sana. Salah satu kuliner yang berkesan bagi Sultan Maulana adalah masakan berbahan dasar olahan daging kambing. Sultan menyukai kuliner tersebut.

4. Rabeg tercipta saat Sultan Maulana rindu masakan di Kota Rabigh

Rabeg dan Perjalanan Sultan Banten ke Tanah ArabInstagram.com/swissbelinnskapekanbaru

Usai melaksanakan ibadah haji, Sultan Maulana dan rombongan pun pulang ke Banten. Namun, Sultan Maulana rupanya tak bisa lupa dengan kenangan akan kota di tepi Laut Merah itu, terutama kelezatan masakan olahan daging kambingnya.

Ingin menikmati lagi, Sultan Maulana pun meminta juru masak istana membuatkan masakan seperti yang dia cicipi di Rabigh. Meski tidak sama persis, masakan karya juru masaknya tetap disukai Sultan.

Sejak saat itu kuliner ala Rabigh itu menjadi hidangan wajib di Istana Kesultanan Banten. Masakan itu pun dinamai rabigh dan seiring berjalannya waktu resep rabigh pun menyebar hingga ke seluruh Banten. Masyarakat ikut menyukai masakan favorit sultan mereka dan kata rabigh pun berubah menjadi rabeg sampai hari ini.

Baca Juga: 5 Tempat Makan Rabeg Paling Enak di Serang, Ramah di Kantong

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya