Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi durian musang king (unsplash.com/Jim Teo)
ilustrasi durian musang king (unsplash.com/Jim Teo)

Intinya sih...

  • 'Traktiran' durian Musang King menciptakan persepsi hubungan tidak sehat antara pejabat dan tim auditor.

  • Publik skeptis terhadap integritas audit setelah inspektur membantah gratifikasi namun pengamat menilai tindakan merusak objektivitas pemeriksaan.

  • Auditor diharapkan menjaga jarak dari auditee, sehingga publik tidak skeptis terhadap proses audit yang seharusnya mencegah korupsi dalam pengadaan barang dan jasa.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tangerang Selatan, IDN Times – Jamuan durian Musang King yang dinikmati tim auditor gabungan Inspektorat Kota Tangerang Selatan (Tangsel) bersama Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menuai kritik. Setelah sebelumnya Inspektur Tangsel Achmad Zubair mengakui mentraktir rombongan dengan alasan pribadi, kini pengamat kebijakan publik menilai tindakan itu justru merusak integritas audit.

Pengamat Kebijakan Publik dari Research Public Policy & Human Rights (Rights), Septian Hadi menyebut, bahwa jamuan tersebut tidak proporsional.

“Penerimaan jamuan mewah, terlebih di lokasi dan waktu yang berdekatan dengan aktivitas audit, adalah bentuk pelanggaran prinsip kehati-hatian due care dan independensi,” kata Septian saat dihubungi, Rabu (27/8/2025).

1. 'Traktiran' itu menciptakan persepsi dan dugaan adanya hubungan yang tidak sehat

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) (bpkp.go.id)

Ia menilai, klaim bahwa jamuan dibayar secara pribadi tidak serta-merta menghapus masalah etika, meski dibayar pribadi, tindakan pejabat yang diaudit ‘mentraktir’ tim auditor menciptakan persepsi kuat adanya hubungan yang tidak sehat.

"Ini dapat ditafsirkan sebagai upaya soft lobbying yang merusak objektivitas pemeriksaan,” jelasnya.

Sebelumnya, Inspektur Kota Tangsel Achmad Zubair membantah adanya gratifikasi dari pihak ketiga. Ia menyatakan durian Musang King yang disantap usai probity audit adalah inisiatif pribadinya. “Tidak ada hubungannya dengan pemborong. Itu murni ajakan santai setelah dua hari pendampingan audit,” ujar Zubair.

Namun, Septian menegaskan bahwa probity audit justru menuntut standar etika tertinggi, tanpa kompromi. "Auditor harus menjaga jarak sama sekali dari auditee, bukan justru merayakan ‘keakraban’ dengan jamuan yang nilainya setara dengan tunjangan harian puluhan orang,” katanya.

2. Publik jadi skeptis soal upaya audit tersebut

ilustrasi durian musang king (unsplash.com/Jim Teo)

Ia menambahkan, prinsip dasar yang harus dipegang auditor adalah avoid not only impropriety, but also the appearance of impropriety (menghindari tidak hanya ketidakpatutan, tetapi juga kesan dari ketidakpatutan).

“Kalau prinsip ini dilanggar, publik akan makin skeptis terhadap proses audit. Padahal, lembaga pengawas internal seharusnya menjadi benteng utama pencegahan korupsi dalam pengadaan barang dan jasa,” kata Septian.

Editorial Team