Mural COVID-19. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Dewi menguraikan, apa yang menjadi perbedaan antara kerentanan yang ada di kota dengan kabupaten soal penyebaran COVID-19. "Nah ini ada beberapa hal yang coba kita identifikasi baik dari literatur internasional maupun di nasional. Yang pertama tadi sudah kita bahas ya terkait dengan jumlah penduduk," kata dia.
Dewi menjelaskan, seperti halnya di Amerika kebanyakan yang tinggal di daerah atau daerah-daerah di desa usianya lebih tua jadi mereka lebih rentan dari sisi fatalitasnya.
"Sedangkan kalau di Indonesia, kita lihat mungkin ada kecenderungan sama cuma tidak terlalu tinggi setinggi Amerika karena mereka benar-benar berbeda sekali antara komposisi usia, kelompok umur yang ada di perkotaan," kata Dewi.
Dijelaskannya, kota sendiri punya masalah lebih banyak dari di pedesaan. Karena perkotaan di Indonesia ini hanya 98, sedangkan kabupaten ini 416. Perbandingannya 1:4, tapi ternyata jumlah penduduknya yang ada di perkotaan ini sudah menyumbangkan 55 persen dari keseluruhan populasi.
"Itu jumlah penduduk lebih tinggi, nah ini yang kedua sudah ada jumlah kita masuk di kepadatan penduduk jika dihitung dengan luas per kilometer persegi. Sudah jumlahnya banyak, area ini juga tidak terlalu besar sehingga itu menyebabkan kepadatan penduduknya jauh lebih tinggi di perkotaan daripada di kabupaten," kata Dewi.
Pengaruh populasi dan luas wilayah itu akan berbanding lurus dengan cepat dan masifnya penularan. "Coba kita bayangkan kalo di perkotaan, mal jauh lebih banyak. Mungkin kegiatan gymnya juga ada. Kegiatan-kegiatan yang lebih banyak berkumpul orang itu resiko tingginya jauh lebih kelihatan memang aktivitasnya yang ada di perkotaan," kata Dewi.
Sedangkan desa di kabupaten, rumah satu dengan rumah yang lain saja bisa jauh jumlahnya antara satu dengan yang lain. Sedangkan di kota jauh lebih padat.