Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi penderita TBC (IDN Times/Riyanto)
Ilustrasi penderita TBC (IDN Times/Riyanto)

Intinya sih...

  • Dinkes fokus mengawasi wilayah selatanEndang mengatakan, pemerintah daerah kini memperkuat pengawasan dan layanan pengobatan, terutama di wilayah selatan yang mencatat lonjakan kasus tertinggi.

  • Pengobatan panjang, pasien TBC perlu dukungan keluargaSalah satu tantangan terbesar dalam penanganan TBC adalah lamanya masa pengobatan, yang bisa berlangsung hingga 6 bulan.

  • Pemkab Lebak menuju eliminasi TBC 2030Pemerintah Kabupaten Lebak juga menargetkan penurunan angka kasus, sekaligus mendukung target nasional eliminasi TBC pada 2030.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Lebak, IDN Times – Kasus penyakit tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Lebak tercatat masih tinggi. Hingga awal Oktober 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) Lebak mencatat sebanyak 4.603 kasus, dengan 74 pasien dilaporkan meninggal dunia.

Dari data tersebut, wilayah Kecamatan Cibeber menjadi daerah dengan temuan kasus TBC tertinggi di Kabupaten Lebak.

“Mudah-mudahan tahun ini tidak ada tambahan kasus baru, sehingga angkanya bisa terus menurun,” kata Plt Kepala Dinas Kesehatan Lebak, Endang Komarudin, Selasa (7/10/2025).

1. Dinkes fokus mengawasi wilayah selatan

ilustrasi rontgen dada pasien TBC (freepik.com/freepik)

Endang mengatakan, pemerintah daerah kini memperkuat pengawasan dan layanan pengobatan, terutama di wilayah selatan yang mencatat lonjakan kasus tertinggi. “Untuk sementara, daerah selatan, seperti Kecamatan Cibeber menjadi fokus kami karena kasusnya paling banyak,” katanya.

Dinkes juga menggiatkan program Deklarasi Desa Siaga Aktif TBC, yang bertujuan memberdayakan masyarakat dan perangkat desa untuk memantau serta mendampingi pasien TBC hingga sembuh.

Dari total 340 desa dan 5 kelurahan di Kabupaten Lebak, hingga kini 111 desa dan 1 kelurahan sudah mendeklarasikan komitmen tersebut.

2. Pengobatan panjang, pasien TBC perlu dukungan keluarga

Ilustrasi pasien TBC (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Endang menegaskan, salah satu tantangan terbesar dalam penanganan TBC adalah lamanya masa pengobatan, yang bisa berlangsung hingga 6 bulan.

“Pasien harus disiplin minum obat sampai tuntas. Karena itu kami libatkan keluarga, kader, dan perangkat desa untuk memastikan pasien tidak berhenti di tengah jalan,” jelasnya.

3. Pemkab Lebak menuju eliminasi TBC 2030

Kegiatan Penemuan Kasus Aktif (Active Case Finding/ACF) untuk skrining kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Pemerintah Kabupaten Lebak juga menargetkan penurunan angka kasus, sekaligus mendukung target nasional eliminasi TBC pada 2030. “Yang penting bukan hanya angka naik-turun, tapi bagaimana upaya kita benar-benar menghilangkan TBC sepenuhnya,” ujar Endang.

Ia menjelaskan, TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebar melalui udara saat penderita batuk atau bersin. Kondisi rumah yang lembap dan minim ventilasi dapat mempercepat penularan penyakit ini.

“Kuman TBC mati kalau kena sinar matahari. Jadi kami imbau warga membuka jendela setiap pagi agar sirkulasi udara lancar,” pesannya.

Endang juga mengingatkan masyarakat agar segera memeriksakan diri ke puskesmas bila mengalami batuk lebih dari dua minggu. “Kalau batuk enggak sembuh-sembuh, jangan tunggu parah. Segera periksa, karena pengobatan TBC gratis di fasilitas kesehatan,” tegasnya.

Editorial Team