Ilustrasi Natal. (ANTARA FOTO/Arnas Padda)
Kehadiran umat Katolik di Labuan dalam konteks kehidupan sosial masyarakat maupun sosial keagamaan, cukup diterima oleh masyarakat pribumi Labuan. Hal itu ditandai oleh adanya sekolah Katolik milik Keuskupan Sufragan Bogor yang didirian pada Tahun 1959.
Lembaga pendidikan itu bernama, Yayasan Mardiyuana. Pada umumnya, masyarakat pribumi Labuan, lebih akrab menyebut nama lembaga pendidikan itu dengan sebutan Sekolah MY.
"Yayasan Mardiyuana adalah sekolah Katolik milik Keuskupan Sufragan Bogor. Namun, jumlah siswa maupun tenaga pengajar Yayasan Mardiyuana itu, tidak semuanya pemeluk agama Katolik. Saat ini, jumlah siswa yang belajar di Yayasan Mardiyuana, ini teridiri dari umat Islam, Kristen Protestan, Konghuchu, Hindu-Buddha, dan umat Katolik," ungkap Deni.
Sejak didirikannya Yayasan Mardiyuana oleh Keuskupan Sufragan Bogor pada Tahun 1959. Umat Katolik di Labuan, tidak pernah sama sekali melakukan perekrutan atau syiar kepada umat agama di luar Katolik.
Meskipun pada faktanya, umat Katolik sendiri mempunyai lembaga pendidikan bernama Yayasan Mardiyuana. Uniknya, kehadiran sekolah milik Katolik di Labuan, justru tidak dijadikan sebagai alat untuk merekrut atau mensyiarkan ajaran agama Katolik agar umat di luar Katolik, memeluk agama Katolik.
Hal itu dibuktikan dengan basis kurikulum sekolah yang dibuat oleh pihak Yayasan Mardiyuana. Dimana setiap mata pelajaran agama yang diberikan pada setiap siswa, itu dipisahkan. Misalnya, untuk siswa yang memeluk agama Islam yang belajar Yayasan Mardiyuana, diberikan mata pelajaran agama Islam dengan status tenaga pengajar adalah seorang muslim.
Begitu juga sebaliknya, saat siswa pemeluk agama Katolik belajar mata pelajaran agama Katolik, siswa yang beragama non Katolik termasuk umat Islam, tidak diperbolehkan untuk mengikuti mata pelajaran agama Katolik. Menurut hemat penulis, Yayasan Mardiyuana sebagai sekolah Katolik ini, mempunyai batasan etik, dan umat Katolik sangat paham soal etika beragama. Pemberlakuan tersebut adalah bagian dari penghormatan umat Katolik kepada pemeluk agama lain.
Dari hasil penelitian Deni, kehadiran umat Katolik di Labuan ini, cenderung lebih banyak diam dan hanya fokus pada aktifitas mengajar dan berdagang dan bermasyarakat. Sehingga, kehadiran umat Katolik di Labuan, yang notabenenya sebagai entitas yang sangat minor, diterima oleh masyarakat Islam.