Di Kota Tangerang, selain kehadiran kelompok etnis Cina Benteng, juga terdapat sejumlah bangunan peninggalan leluhur Tiongkok yang merupakan simbol kerukunan beragama, dan menjadi tujuan wisata keagamaan dan pendidikan di kawasan Pasar Lama. Seperti Kelenteng Boe Tek Bio, Masjid Kalipasir, dan Museum Benteng Heritage.
Di belakang Pasar Lama, tepatnya di Jalan Kali Pasir, ke arah Sungai Cisadane, bisa ditemukan sebuah tangga berwarna merah. Tangga yang bernama Toa Pekong Air atau Prasasti Tangga Jamban itu berada persis di tepi Sungai Cisadane.
“Ini tempat persembahyangan orang Ciben (Cina Benteng). Kalau Imlek, di sini (Toa Pekong Air) pasti ramai sekali. Di altar persembahyangan, banyak buah-buahan untuk sembahyang,” kata Surya (50), seorang warga di lokasi.
Toa Pekong Air adalah dermaga tua yang dibangun ratusan tahun lalu, saat kepemimpinan Kaisar Thong Tjien dari Dinasti Ching. Sebuah prasasti yang bertuliskan aksara Mandarin berangka tahun 1873, tersimpan di tempat ini.
Pemugaran Toa Pekong Air dilakukan oleh Perkumpulan Boen Tek Bio, Agustus 2010. Sebagai dermaga, dulu tempat ini menjadi tempat berlabuh perahu-perahu kecil yang ingin menyeberangi Sungai Cisadane untuk beribadah ke Kelenteng Boen Tek Bio.
Oey Tjin Eng mengatakan, sebenarnya di pinggir Sungai Cisadane, tak jauh dari Kelenteng Boen Tek Bio dan Masjid Kali Pasir, terdapat dua tangga yang berbeda, berjarak sekitar 100 meter. Satu tangga jamban dan satu lagi Tangga Ronggeng lokasi itu, tepat berada di titik pinggir sungai yang berada di ujung jalan dari depan Kelenteng Boen Tek Bio.
“Tangga Ronggeng sudah enggak ada lagi, ditutup oleh pemerintah karena ada pembangunan (turap pinggir kali),” kata Oey Tjin Eng.
Dinamakan Tangga Jamban karena di lokasi itu pernah menjadi tempat warga mencuci dan ada MCK. Kini, tangga itu disebut Dermaga Pek Cun (dalam dialek Betawi disebut Peh Cun). Tempat penyelenggaraan Peh Cun (tanggal 5 bulan 5 dalam kalender Cina).
Tangga Jamban berfungsi untuk menambatkan perahu-perahu kecil yang membawa penduduk Pasar Lama Tangerang menyeberangi sungai atau sebaliknya. Adapun nama Tangga Ronggeng berasal dari tempat mandi para perempuan telanjang.