Fenomena Terorisme Sasar Kelompok Milenial, Propaganda Melalui Medsos

Merekrut simpatisan melalui jejaring medsos

Serang, IDN Times - Seorang perempuan berinisial ZA yang baru berusia 25 tahun menyerang Mabes Polri seorang diri, Rabu (31/3/2021). Perempuan muda itu berhasil masuk ke kompleks Mabes Polri yang dijaga sangat ketat, lalu menyerang para polisi dengan senjata api.

Forum Koordinasi Penanggulangan Teroris (FKPT) menyebutkan, peristiwa tersebut merupakan bukti bahwa kelompok radikal terorisme itu ada dan nyata, bukan rekayasa dan khayalan, serta bukti telah menyasar semua kelompok usia dan jenis kelamin.

Diketahui, perempuan muda asal Ciracas, Jakarta Timur yang menyerang Mabes Polri itu merupakan mantan mahasiswi salah satu kampus. Dia juga drop out di semester 5.

Baca Juga: [BREAKING] Penyerang Petugas di Mabes Polri Diduga Perempuan

1. Pelaku merupakan generasi millennial yang terpapar radikalisme

Fenomena Terorisme Sasar Kelompok Milenial, Propaganda Melalui MedsosIlustrasi ISIS, Teroris (IDN Times/Arief Rahmat)

Ketua FKPT Banten Amas Tajudin mengatakan, pelaku serangan teroris tersebut telah teridentifikasi adalah perempuan kelahiran tahun 1995 merupakan generasi millennial telah terpapar radikal terorisme. Dia diduga merupakan jaringan jihadis nusantara yang berafiliasi kepada kelompok pejuang khilafah.

Diketahui para pengikut khilafah ini berafiliasi ke ISIS. Mereka berasal dari organisasi terlarang maupun individual dengan pengaruh yang sudah meluas.

"Sangat memprihatinkan, termasuk generasi millennial terpapar intoleran radikal terorisme meluas.  Itu pun kini terjadi di Provinsi Banten," kata Amas saat dikonfirmasi, Kamis (1/4/2021).

2. Manfaatkan jejaring medsos untuk masuk ke berbagai kelompok

Fenomena Terorisme Sasar Kelompok Milenial, Propaganda Melalui Medsospinterest.com/product school

Amas melanjutkan, di era digital yang terbuka kelompok ini memanfaatkan jejaring media sosial untuk terus melakukan propaganda dengan berbagai dalih serta menyusup ke berbagai kelompok dan organisasi masyarakat (ormas). Secara terbuka melalui berbgai situs dan medsos, mereka merekrut simpatisan pejuang khilafah yang berujung pada radikal terorisme.

"Oleh karena itu kepada aparat penegak hukum agar tidak ragu melakukan tindakan tegas, bahkan kepada siapapun yang sudah terindikasi terpapar yang seringkali ditemukan juga di kelompok ASN atau pegawai pemerintah, BUMN, dan kementerian," katanya.

3. Pentingnya pengawasan orangtua saat anak bermain medsos

Fenomena Terorisme Sasar Kelompok Milenial, Propaganda Melalui MedsosIlustrasi Stop Radikalisme (IDN Times/Mardya Shakti)

Dia meminta kepada para orangtua agar senantiasa mengawasi putra putrinya dalam bermian medsos agar tidak terpapar paham terorisme.

Kemudian, masyarakat pun diimbau agar tidak mudah terprovokasi oleh kelompok radikal terorisme yang kerap kali terlihat menebar ujaran kebencian kepada pemerintahan yang sah dan tokoh tokoh ormas yang moderat berdasarkan ideologi Pancasila.

"Sama halnya partai politik jangan menyebarkan provokasi intoleransi paham khilafah dan anti Pancasila yang memanipulasi narasi dalil-dalil agama untuk tujuan meraih kekuasaan politik," katanya.

Baca Juga: [BREAKING] Tim Forensik Periksa Jenazah Terduga Teroris di Mabes Polri

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya