Gurandil Tambang Emas di Lebak Merasa Diperlakukan Bak Teroris 

Ada isu "tembak mati gurandil yang nekat kembali ke lubang"

Lebak, IDN Times - Sejumlah kalangan, termasuk pemerintah, sempat menyebut bahwa aktivitas gurandil di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) menjadi penyebab banjir bandang di Lebak pada 1 Januari 2020. Gurandil pun jadi sosok yang dicari warga dan polisi.

Gurandil merupakan sebutan bagi penambang di tambang emas tanpa izin atau liar. 

Ditemui IDN Times, Kamis (6/2) beberapa gurandil itu buka suara. Bagaimana mereka ketakutan dan tak berani pulang ke rumah karena isu yang merebak.

Di sisi lain, Kepolisian, TNI, dan dinas terkait memang sudah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang bertugas untuk menertibkan aktivitas gurandil di TNGHS. Hingga saat ini, Satgas PETI telah menutup 36 lubang PETI di TNGHS.

Baca Juga: Tambang Liar Diduga Penyebab Banjir dan Longsor di Lebak Disegel

1. Gurandil merasa diperlakukan bak teroris

Gurandil Tambang Emas di Lebak Merasa Diperlakukan Bak Teroris IDN Times/khaerul anwar

Salah satu gurandil di Kabupaten Lebak yang enggan disebutkan namanya mengaku saat ini dia dan teman-temannya merasa diperlakukan seperti teroris. Dia mengaku takut pulang. 

Pemuda 24 tahun itu bahkan sempat mendengar ada isu dari mulut ke mulut. " Ada yang bilang, 'gurandil yang ketahuan ada di lokasi (tambang), tembak mati saja'. Udah kayak teroris aja," kata dia.

Oleh karena itu, dia tak pernah kembali ke lokasi tambang sejak banjir bandang melanda Lebak. 

Isu itu, menurut dia, muncul setelah pemerintah menyebut bahwa banjir bandang disebabkan aktivitas gurandil di TNGHS. "Rumor itu dari mulut ke mulut, jadi para gurandil ketakutan gak ada yang balik lagi," jelasnya. Mereka takut ditangkap polisi. 

2. Semenjak PETI ditutup, para gurandil bingung mau bekerja apa

Gurandil Tambang Emas di Lebak Merasa Diperlakukan Bak Teroris IDN Times/Aldila Muharma

Sebut saja namanya Endil (bukan nama sebenarnya). Pemuda 25 tahun ini menaku sedang kebingungan karena tak lagi punya mata pencaharian sejak PETI ditutup aparat. 

Menurut dia, hampir 99 persen warga di kampungnya berprofesi sebagai gurandil. Tak hanya dia yang bingung, menurut Endil. 

"Soalnya mata pencaharian kami cuma di sana jadi gurandil ini. Kalau gurandil ditutup gini, emang pemerintah sanggup membiayai hidup kami? Kan gurandil juga punya anak istri, pemerintah mau ngasih susu anak-anak kami? Ngasih makan anak istri kami di rumah?" kata dia. 

Menurut dia, sejak PETI ditutup, kasus-kasus pencurian sepeda motor dan lainnya mulai bermunculan di kampungnya. Dia menduga, kriminalitas itu terkait dengan para gurandil yang kini pengangguran.

3. Gurandil bantah PETI jadi penyebab banjir

Gurandil Tambang Emas di Lebak Merasa Diperlakukan Bak Teroris IDN Times/khaerul anwar

Endil pun membantah aktivitas PETI disebut sebagai biang kerok dan penyebab banjir bandang dan longsor. Ketika bencana itu datang, mereka masih di lokasi dan tidak terjadi bencana longsor. Dia baru mengetahui banjir dan longsor dua hari setelah kejadian.

"Kata saya mah, gurandil hanya dijadikan kambing hitam oleh pemerintah. Menurut saya ada unsur perusahaan besar mau masuk ke sana," kata dia. 

4. Banyak pihak yang menikmati hasil dari gurandil

Gurandil Tambang Emas di Lebak Merasa Diperlakukan Bak Teroris IDN Times/khaerul anwar

Disampaikan Endil, para gurandil belum pernah mendapatkan sosialisasi dari pemerintah bahwa jika ingin melakukan aktivitas pertambangan harus berizin. Selama ini, menurur dia, mereka selalu menyetor kepada oknum agar tambang mereka aman.

"Ada jatah setoran gitu. Waktu itu, setiap lobang dimintanya 2 beban. Nilainya belum tentu tergantung kandungan emas," kata dia. 

"Dua beban" yang dimaksud Endil adalah dua karung batu yang mengandung emas. 

Baca Juga: [FOTO] Kesaksian Pekerja Pengolahan Hasil Tambang Emas Ilegal di Lebak

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya