Kompolnas Dorong Autopsi Pelaku TPPO Tewas di Sel
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Serang, IDN Times - Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) angkat bicara soal kejanggalan di balik tewasnya tersangka kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di sel tahanan Mapolres Pandeglang, Banten.
"Kompolnas sangat menyesalkan meninggalnya saudara BC yang menjadi tahanan Polres Pandeglang yang meninggal dunia di ruang tahanan," kata Komisioner Kompolnas, Poengky Indarti, saat dikonfirmasi, Minggu (9/7/2023).
Baca Juga: Pelaku TPPO Pandeglang Ditemukan Tewas di Rutan
1. Polisi diminta melakukan autopsi agar penyebab kematian hasilnya valid
Jika ada keraguan keluarga terkait penyebab kematian tahanan, Kompolnas mendorong penyidik Polres Pandeglang untuk melakukan autopsi jasad korban agar penyebab kematiannya terang benerang dan tak menimbulkan polemik.
"Polres Pandeglang menyatakan yang bersangkutan bunuh diri, tetapi keluarga menduga kematiannya akibat dikeroyok sesama tahanan," katanya.
2. Penyelidikan harus dilakukan secara prefesional dan transparan
Kompolnas juga berharap ada proses penyelidikan terkait kasus ini yang dilakukan secara profesional, dengan dukungan scientific crime investigation sehingga hasilnya valid.
"Dan disampaikan secara transparan kepada keluarga korban dan publik," katanya.
3. Pihak keluarga meragukan keterangan polisi soal penyebab kematian
Sebelumnya, pemuda asal Sobang tersebut ditemukan tewas di sel tahanan Mapolres Pandeglang pada 4 Juli 2023 lalu.
Pihak meragukan keterangan polisi bahwa korban meninggal gantung diri. Pasalnya, ventilasi udara di rutan tinggi dan tidak ditunjukkan alat yang digunakan untuk korban bunuh diri.
"Benar apa enggak bunuh diri, sedangkan di situ ada pengawasan dan CCTV, kok gak diperlihatkan gitu tuh. Permintaan lihat CCTV gak boleh, makanya keluarga penasaran," kata Agus, paman BC saat dikonfirmasi, Sabtu (8/7/2023).
Pihak keluarga menduga kematian BC bukan karena bunuh diri, melainkan mengalami tekanan mental hingga penganiayaan fisik karena di-bully sesama tahanan. Sebab beberapa hari sebelum kematian, korban kerap menelepon ke ibunya minta uang sambil menangis.
"Sebelumnya sempat mengaku dapat ancaman, minta uang terus anak itu sambil nangis. Gak dikasih uang sehari (Senin). Kedua harinya nengok ke sana keadaan sudah meninggal," katanya.
Oleh karenanya, keluarga menuntut polisi untuk membuka secara jelas kronologi dan penyebab korban meninggal secara transparan.
"Pengen tahu penyebab kematiannya seperti apa jangan sampai fitnah ini keluarga kita. Udah mah kasusnya kayak gitu jelek di keluarga, matinya juga bunuh diri," katanya.