Mati Suri Bus Pusaka, Penghubung Tangerang Serpong Bogor yang Legend

Kota Tangerang, IDN Times - Jika kamu pernah beraktivitas melewati Kota Tangerang, Tangerang Selatan, Kabupaten Bogor, hingga Kota Bogor, pasti gak asing dengan bus Pusaka. Di masa jayanya, bus ini menjadi primadona moda transportasi penghubung wilayah barat hingga tenggara kawasan Jabodetabek.
Bus Pusaka menjadi bus yang paling ditunggu mereka yang beraktivitas di wilayah ini sejak tahun 1980-an hingga 2015.
Zaman berganti. Bus-bus berkarat yang melegenda ini menjadi saksi kemajuan zaman kawasan modern sepanjang jalan yang ia lalui. Mereka kini ditinggalkan penumpang yang beralih ke kendaraan pribadi dan transportasi online.
Di tengah gentingnya efek perubahan iklim yang salah satu faktornya adalah emisi gas buang kendaraan dan kemacetan, pengamat transportasi Azas Tigor Nainggolan menyebut, trayek penghubung antarkota berdekatan seperti itu mestinya diintervensi. "Atau pemerintah bisa membeli layanannya, setelah lakukan kajian," kata Azas.
Dahulu Tangerang-Bogor sekarang jadi 2 koridor
Meski sudah berusia puluhan tahun, bus-bus Pusaka masih meliuk-liuk di riuh rendahnya jalanan kota BSD-Serpong hingga jalan Parung-Bogor. Pulang pergi pula!
Tapi tak seperti dulu mereka gesit dengan penuh muatan penumpang, kini mereka hanya bisa merayap dengan jumlah penumpang yang hitungan jari. Tak jarang kosong melompong.
"Saya dari Parung ini, gak ada penumpangnya, tadi ada penumpangnya dua orang doang dari Parung (Kabupaten Bogor), pengeluaran tekor," kata Nana Sutisna, salah seorang sopir bus Pusaka yang tengah mangkal di terminal Poris Plawad, Kota Tangerang kepada IDN Times, Selasa (28/12/2021).
Muasalnya, perjalanan bus ini berawal dari Terminal Poris, Kota Tangerang dan mengakhiri perjalanan di terminal Baranangsiang, Kota Bogor, atau sebaliknya.
Dalam lajur trayeknya, bus ini melewati jalan BSD, kemudian berhenti untuk ngetem sejenak di Stasiun Kereta api Serpong, kemudian masuk ke wilayah Kabupaten Bogor melalui Prumpung, Gunung Sindur lalu berhenti di Parung sebelum melanjutkan perjalanan ke terminal Baranangsiang, Kota Bogor.
Namun, setelah volume penumpang terus menurun, para sopir bus membagi trayeknya menjadi dua koridor. Poris Plawad hingga ke Parung dan penumpang harus turun untuk naik bus Pusaka lain dari Parung ke Baranangsiang.
"Dulu sampai Baranangsiang, sekarang kalo gak ada penumpangnya mau gimana kita. Sedangkan pengeluaran ke Bogor banyak," kata Nana.
Ungkapan Nana soal pengeluaran banyak ternyata bukan hanya soal biaya bahan bakar dan uang makan dan minumnya. Di sisi lain, dia mengaku, ada biaya yang harus dikeluarkan untuk para preman yang memalak di beberapa titik trayek jalur ini.
"Kata presiden kita, engga ada preman, buktinya di jalan kita dipungutin. Itu model di Muncul, di daerah Muncul sama Prumpung sama Serpong. Kadang-kadang kita gak ada muatan, tetap dimintain sama preman," kata Nana.