Ini Beda Penanganan Pasien COVID-19 Varian Delta dengan yang Lain

Kabupaten Tangerang, IDN Times - Kasus penularan COVID-19 naik signifikan usai lebaran Idul Fitri lalu, diduga hal tersebut lantaran adanya varian delta. Lalu, apa bedanya penanganan pasien COVID-19 varian delta dengan varian sebelumnya?
Koordinator Lapangan Satgas COVID-19 RSUD Kabupaten Tangerang, Dadang Kurniawan mengatakan, COVID-19 varian delta ini memiliki tingkat penularan yang lebih cepat. Selain itu, kata dia, banyak pasien yang sesak napas secara tiba-tiba.
"Makanya IGD (Instalasi Gawat Darurat) bisa sampai antre," ujar Dadang, Senin (19/7/2021).
Baca Juga: [BREAKING] Semua Vaksin Gotong Royong Gratis!
1. Pasien COVID-19 yang datang ke rumah sakit, kebanyakan sudah dalam kondisi sesak parah
Dadang menuturkan, penderita COVID-19 varian sebelumnya yang masuk IGD dan ICU rerata berusia 50 - 60 tahun. Nah, ketika varian delta ini merebak, banyak pasien berusia produktif.
"Jadi karena varian delta ini, orang yang mengalami sesak secara tiba-tiba itu bukan hanya orang yang berusia lanjut dan di atas 50-60 tahun, tapi malah yang muda-muda di umur 20-30 tahun yang masuk IGD dan butuh ruangan ICU," kata Dadang.
2. RSUD Kabupaten Tangerang tambah ICU hampir 3 kali lipat
Lantaran adanya perbedaan kasus tersebut, pihaknya pun memperbanyak ruangan ICU untuk dapat menangani pasien COVID-19 varian delta. Di awal pandemik, kata Dadang, RSUD Kabupaten Tangerang hanya menyediakan 8 bed ruangan ICU. Setelah varian Delta merebak, pengelola kini menambah hingga 21 ruangan.
Tak hanya itu, sampai bulan Maret 2021, pihaknya telah membuka 36 bed untuk ruang perawatan isolasi bagi pasien COVID-19. Namun masuk bulan Juni terus ditambah hingga mencapai 164 bed ruang perawatan isolasi.
Dadang juga menjabarkan peningkatan kasus COVID-19 yang signifikan. Pada Maret 2021, RSUD Tangerang hanya merawat 33 pasien saja.
Jumlah pasien meningkat di bulan Juni 2021 menjadi 443 pasien COVID-19. "Untuk bulan Juli tanggal 10 ini, kita sudah merawat 186 pasien. Bahkan di minggu-minggu awal Juli kemarin daftar antre IGD nya bisa mencapai 41 pasien," terangnya.
3. Perburukan pasien tanpa komorbid semakin cepat
Dadang menyatakan, gejala yang dirasakan pasien yang terkena COVID-19 varian delta itu juga lebih berat dan lebih rumit penanganannya dibanding pasien COVID-19 biasa. Hal itulah salah satu faktor penyebab banyak pasien COVID-19 yang tidak tertolong.
"Umurnya juga masih banyak yang relatif muda dan produktif. Karena kalau COVID-19 yang biasa dulu, paling yang meninggal kalau dia punya penyakit komorbid yang berat,” jelasnya.
Baca Juga: Barisan Salib dan Nisan COVID-19 Terus Bertambah di Tangerang Raya
4. Penanganan sulit karena kurang tenaga kesehatan dan fasilitas
Lantaran adanya virus yang cepat menular, pasien yang terpapar pun semakin banyak. Tak hanya itu, virus varian delta pun lebih cepat menjalar dalam tubuh pasien sehingga merusak organ-organ tubuh lebih cepat hingga akhirnya sulit tertolong.
“Padahal semakin ke sini angka yang masuk ke RS juga bertambah banyak, sehingga kita juga enggak bisa gerak cepat karena banyak pasiennya," ungkapnya.
Baca Juga: 6 Potret Peti Mati yang Kian Dicari di Tengah Pandemik COVID-19