Terorisme dan Millennial, Apa Kata Mahasiswa dan Pelajar?

Santri Tangerang anggap terorisme bukan ajaran nabi

Kabupaten Tangerang, IDN Times - Terduga teroris, ZA menyerang Mabes Polri dengan cara menembak petugas polisi yang tengah berjaga. Kasus ini menarik sorotan karena ZA tergolong millennial. 

Hal tersebut membuat kekhawatiran akan adanya paham terorisme yang sampai pada kalangan mahasiswa dan pelajar. Seperti diketahui, ZA bahkan diketahui merupakan mantan mahasiswa di sebuah universitas swasta yang drop out.

Lalu, apakah mahasiswa dan pelajar di Kabupaten Tangerang memahami adanya paham terorisme? 

1. Terorisme sulit terdeteksi di lingkungan kampus

Terorisme dan Millennial, Apa Kata Mahasiswa dan Pelajar?Ilustrasi teroris (IDN Times/Mardya Shakti)

Salah satu mahasiswa di universitas swasta di Kabupaten Tangerang, Prakash mengaku dia yang sudah berkuliah selama hampir 4 tahun belum pernah melihat adanya aktivitas mencurigakan di kampusnya. 

"Paling kayak organisasi-organisasi mahasiswa yang keagamaan gitu, memang dari pakaiannya lebih tertutup dari mahasiswa lainnya, ada juga yang pakai cadar, tapi ya belum pernah ada yang aneh sih," kata Prakash, Kamis (1/4/2021). 

Prakash menuturkan, selama ini mahasiswa yang berada di organisasi keagamaan di kampusnya bersikap biasa saja, tak menunjukkan adanya paham radikalisme. 

"Tapi memang kadang ada ajaran yang benar-benar ketat gitu, kadang juga gak begitu bergaul sama yang lain, cuma setahu saya masih dalam batas wajar aja ya," jelasnya.

Baca Juga: [BREAKING] Penyerang Petugas di Mabes Polri Diduga Perempuan

2. Perlu adanya pengawasan dari kampus terhadap kegiatan organisasi mahasiswa

Terorisme dan Millennial, Apa Kata Mahasiswa dan Pelajar?Ilustrasi terorisme (IDN Times/Sukma Shakti)

Prakash menuturkan, meski tak pernah melihat adanya organisasi di dalam kampus yang mencurigakan, namun kerap kali ada kegiatan dari luar kampus yang tidak diketahui. 

"Misalnya ada kegiatan keagamaan, tapi seperti kumpul-kumpul yang pesertanya hanya sedikit, kadang suka bertanya-tanya sih kegiatan apa, tapi selama ini engga mengganggu," tuturnya. 

Menurut Prakash, peran kampus pun harus aktif dalam mengawasi kegiatan yang ada di dalam kampus. 

"Apalagi kalau ada organisasi luar kampus yang diadakan di dalam lingkungan kampus, karena kan kalau paham terorisme itu kan kaya cuci otak ya," ungkapnya. 

3. Santri sebut terorisme bukan ajaran nabi

Terorisme dan Millennial, Apa Kata Mahasiswa dan Pelajar?Ilustrasi (IDN Times/Sukma Shakti)

Sementara itu, salah satu pelajar di salah satu pesantren di Kabupaten Tangerang, Syafiq (15) mengungkapkan, sebagai santri dirinya pun diajarkan untuk berpikir logis. Sehingga, tidak begitu saja menerima paham yang radikal. 

"Jadi justru di pesantren, kita tahu kalau terorisme itu salah dan bukan bagian dari Islam," kata Syafiq. 

Bukan hanya itu, Syafiq juga menjelaskan, di pesantren diajarkan untuk saling berkasih sayang dan bertoleransi. Bukan hanya yang berbeda suku, namun juga agama. 

"Kalau yang saya pelajari di pesantren sih gak ada ya ajaran untuk jihad terus membunuh, karena bunuh diri aja sudah dosa dan jelas dalilnya. Gak ada dalil yang menyatakan bunuh diri adalah bagian dari jihad, kalau memang begitu," tuturnya.

Ia pun berkeyakinan, jika pelajar yang benar-benar belajar mengenai agama islam, pasti tidak bisa menerima paham jihad dengan bunuh diri atau membunuh orang lain yang tidak bersalah. 

"Justru itu mencoreng citra Nabi Muhammad yang pengasih dan penyayang, karena zaman nabi, kaum di luar Islam pun dilindungi haknya saat beliau menjadi pemimpin," kata dia. 

Baca Juga: FKPT: Hampir Seluruh Jaringan Teroris Ada di Banten  

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya