Tangerang, IDN Times - Berdasarkan World Obesity Atlas (2022), Indonesia menempati urutan ke-3 dari 10 negara di Asia Tenggara dengan estimasi prevalensi obesitas tertinggi, baik pada perempuan 14 persen maupun laki-laki 8 persen. Sementara, Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan prevalensi obesitas dewasa (kelompok usia lebih dari 18 tahun) naik dari 21,8 persen (tahun 2018) menjadi 23,4 persen (tahun 2023).
Bahkan, data dari Kementerian Kesehatan tahun 2025, ada 1/4 dari total penduduk Indonesia mengidap obesitas. Data tersebut cukup mengkhawatirkan lantaran obesitas diketahui menjadi penyebab penyakit metabolik lainnya, seperti hipertensi, kolesterol berlebih, gula darah tinggi, hingga berujung pada serangan jantung.
Vito A Damay, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dalam acara Hindari Obesitas untuk Jaga Jantung Bareng-Bareng (Hobi Jajan Bareng) Untuk Harapan yang Meringankan bersama Novo Nordisk mengungkapkan, pada tahun 2025 ini, Kementerian Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/509/2025, disebut bahwa obesitas merupakan penyakit metabolik kronik dengan penyebab yang kompleks dan multifaktorial.
"Penyakit ini bisa berbahaya karena menarik penyakit lainnya, seperti hipertensi, hyper kolesterol, diabetes melitus, ketiganya pemicu penyakit pembuluh darah jantung," kata Vito.