Mengenal Perpustakaan Saidjah Adinda di Lebak Berbentuk Unik

Lebak, IDN Times - Kamu yang pernah membaca novel Max Havellar karya Eduard Douwes Dekker atau bernama pena, Multatuli, pasti tidak asing dengan nama tokoh Saidjah dan Adinda. Mereka yang penokohannya seperti Romeo dan Juliet versi rakyat Banten ini hidup dalam penindasan sistem tanam paksa era Pemerintah Belanda. Kini, tokoh ini diabadikan menjadi nama Gedung Perpustakaan Daerah milik Pemerintah Kabupaten Lebak.
Gedung Perpustakaan Saidjah-Adinda dengan puluhan ribu koleksi buku, berdiri berdampingan dengan Museum Multatuli di Kota Rangkasbitung itu berdiri kokoh di kawasan Alun-alun Timur Rangkasbitung.
1. Perpustakaan ini jadi lokasi wisata
Perpustakaan Saidjah Adinda, sangat berpotensi menjadi destinasi wisata sejarah dan edukasi. Bentuk bangunan yang dipilih juga sangat unik, mengadopsi bangunan khas warga adat Baduy yaitu Leuit. Tak heran, banyak pengunjung bahkan menjadikan perpustakaan ini sebagai spot berswafoto.
Leuit merupakan bangunan lumbung padi masyarakat adat Baduy, berfungsi untuk menyimpan hasil panen dan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Material yang dipilih untuk Perpustakaan Saidjah Adinda didominasi bambu, sesuai dengan nama Rangkasbitung, Rangkas artinya patah dan bitung atau betung berarti bambu.
2. Memiliki puluhan ribu koleksi buku
Seiring perkembangannya, Perpustakaan Saidjah Adinda, telah dimodernisasi dengan sistem pelayanan digital. Dikutip dari berbagai sumber, saat ini sudah memiliki 20 ribu judul buku, dengan jumlah buku sekitar 30 hingga 40 ribu eksemplar dan akan terus ditambah judul dan jumlahnya.
Di awal tahun berdiri saja, perpustakaan ini sudah didatangi 14 ribu pengunjung yang 70 persen di antaranya adalah anak dan remaja.
3. Diresmikan pada 2017 lalu
Perpustakaan Saidjah Adinda diresmikan Pemerintah Kabupaten Lebak bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei 2017 lalu.
Pemerintah Kabupaten Lebak mengambil nama Saidjah Adinda sebagai nama perpustakaan karena tokoh Saidjah Adinda cukup fenomenal, sebab dikenalkan ke dunia internasional oleh Max Havelar dalam karya sastranya.
4. Pembangunannya menelan biaya Rp10 miliar
Gedung tiga lantai tersebut dibangun Pemkab Lebak dengan menghabiskan anggaran sekitar Rp10 miliar. Lantai dasar digunakan untuk parkir dan areal perkantoran, sedangkan lantai dua digunakan untuk menyimpan koleksi ribuan judul buku.
Sementara itu, lantai tiga digunakan untuk menyimpan berbagai arsip daerah dan kantor Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Lebak.