BMKG Ungkap Penyebab Tangerang Dilanda Angin Kencang Kemarin

Kecepatan angin mencapai 37 kilometer per jam atau 20 knot

Kota Tangerang, IDN Times - Hujan deras disertai angin kencang di Kota Tangerang mengakibatkan banyak kerusakan. Suasana dirasakan cukup mencekam oleh warga Kamis (23/12/2021) kemarin sekitar pukul 12.00 hingga 13.00 WIB.

Masyarakat yang berlindung harap-harap cemas, karena hujan disertai angin kencang layaknya badai. Peristiwa ini mengakibatkan kerusakan parah di sejumlah titik lokasi.

Kepala Seksi Data dan Informasi untuk Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Tangerang, Urip Setiyono mengatakan, hujan deras disertai angin kencang itu sudah diprediksi. Fenomena semacam ini diperkirakan terjadi pada 23 hingga 25 Desember mendatang.

"Kecepatan anginnya bisa sampai 37 kilometer per jam atau 20 knot, makanya banyak pohon tumbang," ujarnya, Jumat (24/12/2021).

1. Hujan angin kencang dipicu angin Cumulonimbus

BMKG Ungkap Penyebab Tangerang Dilanda Angin Kencang KemarinANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Menurutnya, kecepatan dan intensitas hujan dalam peristiwa ini di atas rata-rata. Kecepatan angin di Kota Tangerang rata-rata mencapai 5,7 knots atau 10,6 kilometer per jam.

"Dampak hujan deras disertai angin kencang ini memang tipikal hujan dari awan-awan Cumulonimbus," kata Urip.

Baca Juga: Hujan Angin Kencang Picu Belasan Pohon  Tumbang di Kota Tangerang

2. Ini penjelasan BMKG soal fenomena itu

BMKG Ungkap Penyebab Tangerang Dilanda Angin Kencang KemarinIlustrasi prediksi cuaca BMKG (IDN Times/bmkg.go.id)

Dia menjelaskan, suspect area pusat tekanan rendah terpantau di sekitar Laut Arafuru sebelah Utara Australia, yang diprakirakan mengalami intensifikasi dalam tiga hari ke depan menjadi sistem tekanan rendah.

Peningkatan kecepatan angin serta gelombang tinggi di sekitar suspect area seperti di NTT, Maluku, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Sistem ini membentuk daerah pertemuan angin (konfluensi) di Jawa bagian Timur, Laut Flores, dan di Sulawesi bagian Selatan, serta daerah pertemuan atau perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang di Jawa Timur dari Selat Makassar hingga Laut Maluku.

Sirkulasi siklonik atau pusat tekanan rendah terpantau di Samudera Hindia Barat Daya Sumatera hingga membentuk daerah konfluensi di perairan Barat Sumatera. Daerah konvergensi lainnya terpantau memanjang di Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, hingga Lampung.

Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah suspect, sekitar sirkulasi siklonik, atau pusat tekanan rendah dan sepanjang daerah konvergensi maupun konfluensi tersebut.

"Jadi ada dua pusaran tekanan rendah terpantau oleh satelit di laut Arafuru dan samudera Hindia bagian barat daya Sumatera. Pernah di Bayah dengan kecepatan angin 40 kilometer per jam," jelas Urip.

3. BMKG tak bisa memprediksi cuaca dengan detail

BMKG Ungkap Penyebab Tangerang Dilanda Angin Kencang KemarinANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

Dia mengatakan, BMKG tidak dapat memprediksi cuaca dengan detail. Bisa saja kecepatan angin dan intensitas hujan berubah karena sifatnya yang fluktuatif.

"Bisa plus minus. Kita gak bisa detial sampai berapa knot kecepatannya, kisaran angin kencang akibat pusaran tekanan rendah kurang lebih seperti itu," katanya.

Urip mengungkapkan, sambaran petir juga meningkat. Petir yang terdeteksi di wilayah Banten pada periode 11-20 Desember 2021 sebanyak 32.159 kali sambaran. Hal ini lebih tinggi sekitar 166 persen dibandingkan dengan periode 11–20 November 2021, yaitu 12.067 sambaran.

"Kejadian sambaran petir tertinggi terjadi pada 20 Desember 2021 yaitu sebanyak 6.982 sambaran. Sedangkan kejadian petir paling sedikit terjadi pada 19 Desember 2021 yaitu sebanyak 665 sambaran," ungkapnya.

Baca Juga: Hujan Picu Banjir di 6 Titik di Kota Tangerang

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya