Cerita Perawat RSUD Banten: Kerja 8 Jam Tanpa Makan Karena Pakai APD

Ratih harap pemerintah naikkan status pegawai para perawat

Lebak, IDN Times - Namanya Ratih Fitriyanti Putri dan tahun ini usianya menginjak 33 tahun. Seperti petugas medis lainnya di seluruh belahan dunia, Ratih juga berjuang di garis depan dalam penanganan COVID-19.

Di sela perjuangannya sebagai perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banten,Ratih mengaku senang senang ketika pasien penderita COVID-19 yang dia tangani bisa sembuh, dan sedikit demi sedikit Indonesia bisa terbebas dari penyebaran penyakit menular yang berbahaya dan mematikan ini.

"Kita merasa senang jika pasien COVID-19 itu sembuh total dan bisa kembali ke rumah untuk berkumpul bersama anggota keluarganya," kata Ratih Fitriyanti Putri seperti dikutip dari kantor berita Antara, Senin (20/4).

Baca Juga: [LINIMASA] Wabah COVID-19 Hantui Warga Banten

1. Kerja perawat dihantui rasa was-was tertular virus mematikan, SARS-CoV-2

Cerita Perawat RSUD Banten: Kerja 8 Jam Tanpa Makan Karena Pakai APDIlustrasi tenaga medis. IDN Times/Daruwaskita

Seperti diketahui bersama, pekerjaan perawat itu cukup berisiko terhadap penularan penyakit dari pasien yang ditanganinya itu, bahkan tenaga medis di Indonesia baik dokter maupun perawat yang menangani COVID-19 hingga menimbulkan korban jiwa atau meninggal dunia.

Resiko penularan yang sangat besar dan ancaman kematian itu juga sempat membuat Ratih ketakutan. Namun, baginya, profesi perawat memiliki tanggung jawab untuk penyembuhan penyakit tersebut.

"Kita awalnya cukup ketakutan melihat banyak korban jiwa akibat COVID-19, namun demi kemanusian akhirnya tidak ada rasa ketakutan. Kami merasa senang melayani dan merawat pasien COVID-19 dan banyak yang sembuh," kata Ratih.

2. Perawat Ratih ingin mengabdi untuk bangsa

Cerita Perawat RSUD Banten: Kerja 8 Jam Tanpa Makan Karena Pakai APDTenaga medis di RSPP (Dok. Humas RSPP)

Ratih berkisah, bagi dirinya, cita-cita ingin menjadi seorang perawat itu berawal dari perjuangan RA Kartini, dimana kaum perempuan Indonesia harus bangkit dan sejajar dengan kaum laki-laki untuk mengisi pembangunan.

Ratih menuturkan, posisi kaum perempuan itu bisa mengambil berbagai jabatan dan profesi, sehingga termotivasi untuk mengabdikan diri kepada bangsa dengan menjadi perawat.

"Sebab, perawat merupakan pekerja mulia dan berpahala dapat menolong orang untuk kesembuhan berbagai penyakit yang dideritanya saat menjalani perawatan medis rumah sakit," kata Ratih.

3. Dengan gaji Rp3,1 juta, Ratih ingin berjuang tanpa pamrih

Cerita Perawat RSUD Banten: Kerja 8 Jam Tanpa Makan Karena Pakai APDIDN Times/Candra Irawan

Ratih menuturkan, setelah ia lulus SMAN 2 Rangkasbitung kemudian dia melanjutkan pendidikan pada jurusan Akademi Keperawatan Falatehan di Serang. Dari situlah keinginan kuatnya untuk mengabdi terbentuk.

"Kami bekerja keras sebagai perawat ingin membaktikan diri kepada bangsa dan negara, seperti perjuangan RA Kartini itu tanpa pamrih," kata Rati.

Ibu tiga anak ini mengatakan, dia sebagai karyawan RSUD Banten sejak 2012 berstatus tenaga kontrak dengan penghasilan Rp3,1 juta per bulan.  Namun saat ditugaskan untuk menangani pasien COVID-19 sesuai kontrak tertanggal 25 Maret sampai 29 Juni 2020.

4. Bekerja delapan jam tanpa makan, Ratih harap perawat dipromosikan menjadi ASN

Cerita Perawat RSUD Banten: Kerja 8 Jam Tanpa Makan Karena Pakai APDKeseharian Sri dan Sofina selepas jaga dari ruang perawatan (Dok. Humas UI)

Selama ini, kata dia, ia melayani dan merawat pasien COVID-19 berjalan lancar dan tidak ada masalah bahkan merasa senang karena banyak pasien yang sembuh.

Dari 28 pasien COVID-19 yang ditanganinya itu cukup terbuka dan baik-baik, sehingga banyak yang sembuh total dari Tangerang dan daerah lainya di Provinsi Banten.

Namun, ia menangani pasien COVID-19 hingga delapan jam tidak bisa makan, minum hingga pergi ke toilet, sebab menggunakan pakaian alat perlindungan diri (APD).

Oleh karena itu, dia dan petugas medis lainnya harus mempersiapkan diri dengan kekuatan fisik dan minum vitamin juga banyak beristirahat serta banyak cuci tangan, mandi agar tidak tertular virus corona itu.

"Kami selalu berdoa agar seluruh pasien COVID-19 di Indonesia sembuh," kata Ratih.

Atas segala perjuangannya, dirinya berharap pemerintah mengangkat status para perawat yang berjuang melawan COVID-19 menjadi pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN).

Baca Juga: Duh, Dokter di Kabupaten Lebak Positif Terinfeksi Virus Corona 

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya