Cerita Sukmadi, Penggagas Wisata Negeri di Atas Awan Banten

Sukmadi kini kembangkan agro wisata berupa kebun stroberi

Lebak, IDN Times - Sukmadi Jaya Rukmana menyadari potensi wisata panorama alam pegunungan berkabut semenjak adanya pengerjaan jalan yang melintasi kawasan Gunung Luhur pada 2018. Kini, wisata itu hits dengan nama Negeri Di Atas Awan, Citorek.

Sukmadi adalah salah satu penggiat dan salah satu penggagas wisata Negeri di Atas Awan. Kepada IDN Times menyebut, pria 35 tahun itu mengatakan, tempat ini menjadi tujuan wisata hits dan booming sejak pertengahan 2019. 

Saat pandemik COVID-19 melanda, tempat wisata ini pun terdampak dan sementara harus tutup karena pembatasan kegiatan masyarakat. Tapi, Sukmadi tak patah arang. 

Warga Citorek, Kecamatan Cibeber itu pun memanfaatkan momen pandemik saat ini untuk berbenah dan membuat agro wisata. Seperti apa usahanya? Simak nih penuturan Sukmadi. 

Baca Juga: Warga Lebak Ngeluh: Truk Pengangkut Tanah Bikin Jalan Rusak dan Licin

1. Negeri di Atas Awan bermula dari anak tongkrongan yang menjaga hutan dari pembalakan hutan

Cerita Sukmadi, Penggagas Wisata Negeri di Atas Awan BantenIDN Times/Muhamad Iqbal

Kisah Sukmadi dan beberapa warga lain membuka potensi wisata dan ekonomi ini bermula dari kegiatan kongko di tempat nongkrong anak muda.

Awalnya, Sukmadi bercerita, dia dan kawannya yang setiap malam berkumpul di lereng Gunung Luhur sambil menjaga pohon-pohon di lereng gunung dari para pembalak hutan. Namun, idenya muncul tatkala tempatnya berjaga justru banyak dikunjungi orang untuk berwisata.

Dari situlah ia terpikir membuka lokasi wisata alam agar selalu ada orang hingga tak ada kesempatan pembalak hutan melakukan aksinya.

"Kita bikin saung di lereng gunung. Nah dari situ, mulai rame tuh saung kita dikunjungi orang, karena lokasinya tinggi," kata Sukmadi kepada IDN Times, baru-baru ini. 

Setelah banyak kunjungan dari desa-desa tetangga, dia sadar bahwa kampung halamannya memiliki potensi wisata alam unggul, terutama ketika ada fenomena "awan bergerombol" muncul di pemukiman warga. Pasalnya, dari ketinggian, fenomena ini terlihat seperti lautan awan.

"Nah setelah itu, kebetulan ada pembangunan jalan juga dari pemerintah, nah akhirnya kita buat saja seperti rest area tapi ada lokasi wisatanya," kata dia.

2. Ide-ide Sukmadi sesuaikan konsep wisata kekinian

Cerita Sukmadi, Penggagas Wisata Negeri di Atas Awan BantenWisata Negeri di Atas Awan, Citorek, Banten (IDN Times/Muhamad Iqbal)

Daerah yang tergolong terisolir ini terutama karena akses ke lokasinya sering terputus karena bencana, kini sangat terkenal di kalangan masyarakat Banten bahkan sampai ke Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi (Jabodetabek).

Panorama alam yang cantik dan budaya khas warga Banten selatan menjadi ciri khas yang ditonjolkan oleh Sukmadi dan warga lain dalam mengekspose wisata Negeri di Atas Awan Banten.

Berkat kerja keras dan ide-ide Sukmadi, pengelola wisata alam di wilayah tersebut terus melakukan penyesuaian dengan zaman. "Ya kita ikuti zaman, kita buat spot foto kekinian gitu yah, kita kordinasi dengan pemerintah agar jaringan internet bisa masuk," kata Sukmadi.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Gunung di Banten, Ada Negeri di Atas Awan

3. Sukmadi kini juga kembangkan agro wisata berupa kebun stroberi

Cerita Sukmadi, Penggagas Wisata Negeri di Atas Awan BantenDok. Sukmadi Jaya Rukmana

Di tengah pandemik saat ini, Sukmadi kemudian berbenah dan menambah destinasi wisata bertema pegunungan ini. Salah satunya adalah agro wisata kebun stroberi.

"Selama penutupan, ya kami ambil hikmahnya untuk membenahi lokasi wisata bahkan menambah objek wisata, seperti saya membuat wisata agrowisata kebun buah stroberi," kata Sukmadi, beberapa waktu lalu.

Kini setelah kasus COVID-19 dinyatakan menurun, wisata alam ini kembali membuka pintu kunjungan bagi para pelancong yang ingin menikmati kesejukan alam di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

Dengan adanya akses informasi yang baik, pengunjung di kawasan ini pun tetap disyaratkan untuk terus mematuhi protokol kesehatan pencegahan COVID-19, sehingga penularan berkurang dan objek wisata ini terus dibuka agar masyarakat desa di sana turut membangkitkan ekonomi melalui wisata dan pertaniannya.

Baca Juga: Ingin Mencari Buah Tangan Khas Lebak? Yuk Kunjungi Toko Oleh-oleh Ini

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya