Hancur Saat Banjir Bandang 2019, Jembatan Ciberang Dibuka Kembali 

Telan biaya miliaran, jembatan bisa tahan hingga 50 tahun

Lebak, IDN Times - Gubernur Banten Wahidin Halim resmikan penggunaan Jembatan Ciberang yang berlokasi di Kampung Muhara, Desa Ciladaeun, Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak, Senin (28/3/2022).

"Proses pembangunan Jembatan Ciberang ini yang Alhamdulillah sudah selesai dan bisa dinikmati oleh masyarakat sekitar dan masyarakat Banten secara umum," kata Wahidin dalam keterangan tertulis.

Baca Juga: Banjir Bandang dan Longsor Lebak, Salah Siapa? 

1. Proyek pembangunan jembatan itu menelan biaya hingga Rp160 miliar

Hancur Saat Banjir Bandang 2019, Jembatan Ciberang Dibuka Kembali Ilustrasi uang rupiah (IDN Times/Anggun Puspitoningrum).

Menurut Wahidin, setelah banjir bandang yang terjadi pada akhir tahun 2019 lalu yang memutus Jembatan Ciberang, dia langsung memanggil Kepala Dinas PUPR, agar menghitung besaran biaya yang dibutuhkan untuk kembali membangun jembatan tersebut. Ternyata cukup besar juga biayanya karena mencapai Rp160 miliar.

"Semua pihak kala itu sedang fokus kepada penanganan, sosialisasi dan penyuluhan serta vaksinasi COVID-19 kepada masyarakat. Kemudian di saat yang bersamaan, terjadi pula bencana yang harus juga mendapat perhatian yang prioritas dari Pemprov Banten," jelasnya.

2. Keberadaan Jembatan Ciberang sangat penting

Hancur Saat Banjir Bandang 2019, Jembatan Ciberang Dibuka Kembali IDN Times/Muhamad Iqbal

Wahidin menegaskan, Pemprov Banten tidak punya pilihan selain membangun kembali jembatan itu karena sangat penting dalam menunjang aktivitas warga.

Meskipun, kata dia, masyarakat mengaku sudah siap secara sukarela membangun kembali Jembatan Ciberang yang terputus itu. Pemprov Banten sangat menghargai kepedulian masyarakat yang begitu tinggi.

"Karena saya ingin jembatan yang akan dibuat itu bertahan lama, tahan gempa. Bukan jembatan asal-asalan," ungkapnya.

Untuk itu, Wahidn bertekad membangun jembatan Ciberang dengan memerintahkan  Kadis PUPR untuk secepat mungkin merenovasi jembatan.

"Alhamdulillah hari ini selesai. Kekuatannya ini untuk 50 tahun dan tahan terhadap gempa. Kalau sebelum 50 tahun sudah jebol, saya akan protes," tegasnya.

Baca Juga: Gubernur Banten Resmikan Masjid di Negeri di Atas Awan Lebak

3. Kesulitan pembangunan karena wilayah sulit diakses

Hancur Saat Banjir Bandang 2019, Jembatan Ciberang Dibuka Kembali Dok. Pemprov Banten

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas PUPR Provinsi Banten Arlan Marzan mengatakan, banyak tantangan selama mengerjakan pembangunan jembatan Ciberang. Apalagi, kata dia,  pelaksanaan pembangunan itu dilakukan di tengah pandemik COVID-19 dengan berbagai kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat.

Selain itu, akses menuju lokasi pembangunan yang cukup sulit juga menjadikan proses pembangunan jembatan itu sedikit terhambat, selain ada faktor cuaca yang kerap berubah-ubah.

Secara teknis, kata Arlan, bentang jembatan Ciberang sepanjang 80 meter dengan lebar 7 meter. Jenis konstruksi yang digunakan jembatan dengan menggunakan baja pelengkung, dengan rancangan desain oleh Asosiasi Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo) Provinsi Banten hasil partisipasi masyarakat yang dilaksanakan oleh Pemprov Banten.

Dibandingkan dengan jembatan yang lama, jembatan ini dibangun membentang sepanjang 80 meter tanpa menggunakan pilar penyangga di tengahnya. Hal itu untuk mengamankan struktur jembatan jika terjadi kembali banjir bandang di sungai Ciberang.

Pemprov Banten selama periode 2017-2022 telah menganggarkan kurang lebih Rp250 miliar untuk pembangunan dan rehabilitasi jalan Cipanas-Warung Banten. "Pada tahun 2022 ini Pemprov Banten juga menganggarkan Rp35 miliar untuk menyelesaikan target kondisi jalan 100 persen," kata dia. 

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya