Jerat Sampah, Cuan Didapat

Bank Sampah Sungai Cisadane ubah paradigma masyarakat

Kota Tangerang, IDN Times -Desember 2012, lima orang pemuda pehobi naik dan turun gunung mendapat ilham di sebuah saung kecil di tepian Sungai Cisadane. Kala itu, mereka ingin membersihkan aliran sungai dari sampah. 

Mereka adalah Iyus yang kala itu berusia 32 tahun, Dayak Supriatna (27), Afandi Ahmad (26), Ade Yunus (25), dan Almarhum Uca (30). Keinginan mereka tak muluk, hanya ingin membersihkan sungai dan belukar di tepian dan sekitar delta Sungai Cisadane.

Cita-cita itu mereka tuangkan dengan membuat komunitas sosial bernama Banksasuci yang berlokasi di Gang Muara Buntu, RT 03 RW 01, Panunggangan Barat, Kecamatan Cibodas, Kota Tangerang.

Banksasuci sendiri merupakan akronim dari Bank Sampah Sungai Cisadane. Disebut "bank sampah" karena pada praktiknya mereka mengumpulkan sampah dari Sungai Cisadane dan menerima tabungan sampah dari warga dan kelompok-kelompok masyarakat untuk selanjutnya dibarter dengan sebuah barang kebutuhan atau berupa nominal angka rupiah.

Tak disangka, Banksasuci justru menjelma menjadi pintu rejeki baginya dan puluhan orang.

1. Bermodal Rp15 ribu, Ade cs ciptakan waste trap di Cisadane

Jerat Sampah, Cuan DidapatProses penjeratan sampah di waste trap (Dok. Bank Sampah Sungai Cisadane)

Salah satu program Banksasuci adalah mengambil sampah dari Sungai Cisadane menggunakan perangkap sampah apung atau disebut waste trap. Alat ini dibentangkan selebar dari tepi ke tepi sungai yang mengalir dari hulu di gunung Salak Bogor dan bermuara di Tanjung Burung, utara Kabupaten Tangerang itu.

Ade Yunus bercerita bahwa di awal-awal mereka hanya menggunakan alat sederhana untuk waste trap, yakni berbahan dasar bambu. Modal pun tak banyak, Rp15 ribu saja. Sayangnya, alat itu tidak bertahan lama dalam melawan melimpahnya sampah yang melaju kencang dihempas aliran sungai.

Upaya berat Ade Yunus cs tentu tak hanya itu. Ade beserta rekannya juga harus membereskan belukar di sekitar bentangan waste trap mereka.

Ade dan kawan-kawannya pun ingin menghilangkan stigma sungai itu sebagai "tempat jin buang anak". "Karena lokasi itu identik dengan kesan seram dan mistik. Kami ingin masyarakat berteman dengan sungai," kata Ade Yunus kepada IDN Times, Senin (14/12/2020). 

Dari bambu itu, kini Banksasuci sudah bisa menggunakan waste trap yang lebih modern dan bisa menampung sampah lebih banyak.

2. Keluarga sempat keberatan

Jerat Sampah, Cuan DidapatAde Yunus saat menunjukan waste trap yang juga berfungsi sebagai jembatan apung (IDN Times/Muhammad Iqbal)

Memulai Banksasuci bukan tanpa rintangan. Di awal pendirian Banksasuci, penolakan justru datang dari keluarga sendiri. 

Ade bercerita, itu waktu usahanya sempat mendapat penolakan dan keluhan dari istrinya. "Istri sempat bilang cari kerja yang jelas, masa dari sampah. Namun berkat keyakinan saya, memang rejekinya bukan dari sampah tapi melalui sampah saya mendapat rejeki lain," kata Ade.

Dia menuturkan penghasilan dari menjebak sampah di sungai di awal-awal upaya mereka berada di kisaran Rp5 juta yang mana jumlah itu mesti dibagi rata untuk lima orang. 

Baca Juga: Ribuan Guru Honorer di Kabupaten Tangerang Terdampak Pandemik COVID-19

3. Saat TPSA Cipeucang longsor, Banksasuci mengangkut hingga 1 ton sampah dari sungai

Jerat Sampah, Cuan DidapatDok. Banksasuci Tangerang

Setiap hari, Banksasuci berhasil mengumpulkan sekitar 120 hingga 200 kilogram sampah. Isinya bermacam-macam, mulai dari sampah dedaunan hingga plastik botol. Alat waste trap yang dimiliki Banksasuci juga berfungsi sebagai sebagai jembatan apung menuju delta sungai.

Rekor sampah terbanyak yang berhasil diraup dari sungai terjadi saat peristiwa Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Cipeucang, Tangerang Selatan longsor ke Sungai Cisadane pada 22 Mei 2020. Saat dan usai peristiwa itu Banksasuci bisa menjebak sampah sebesar satu ton dalam sehari.

4. Mengubah perilaku masyarakat dengan menciptakan nasabah sampah

Jerat Sampah, Cuan DidapatBeberapa anggota pengurus Banksasuci (IDN Times/Muhammad Iqbal)

Tahun 2015 bagi Banksasuci merupakan tahun penting. Di tahun itu mereka mulai melakukan pengumpulan sampah dari warga sekitar, warga pinggir sungai dan para nelayan sungai juga termasuk beberapa industri yang ada di sekitar yang bersedia sampah domestiknya diolah.

Mereka itulah para nasabah pertama Banksasuci. Di sisi nasabah yang menabung di Banksasuci, mereka meraup memiliki banyak keuntungan. Apa saja?
Pertama, Banksasuci mengganti pembayaran atas tabungan mereka bukan hanya berupa uang tunai, melainkan pilihan paket diantaranya paket pendidikan yang nasabah memilih paket ini mengambil hasil tabungan sampah di masa tahun ajaran baru. Atau juga ada paket hari raya, yang diambil di Natal, Idulfitri atau Iduladha.

Bahkan di paket hari raya yang diambil di Iduladha nasabah banyak juga yang meminta disiapkan hewan kurban. "Kita belikan hewan kurban, mereka menyaksikan saat hari raya itu," kata Ade.

Bagi Ade, satu hal yang pasti dalam transaksi Banksasuci dan nasabahnya adalah munculnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang selama ini menganggap sampah adalah barang tak memiliki nilai kini berubah menjadi bahwa sampah bisa menghasilkan nominal. Selain itu pengetahuan masyarakat yang meningkat soal pemilah-milahan sampah juga jadi sebuah hal yang tak ternilai.

"Pada prinsipnya kita melakukan upaya perubahan perilaku kepada mereka, supaya sampah yang sebelumnya dinilai barang buangan tak bernilai, ternyata pas ditabung ternyata memiliki nilai nominal," kata Ade.

5. Apa saja yang bisa dilakukan wisatawan di Banksasuci?

Jerat Sampah, Cuan DidapatKawasan ecowisata Banksasuci (IDN Times/Muhammad Iqbal)

Selain nasabah, pengumpulan sampah juga datang dari kunjungan orang yang ingin berwisata ke belukar yang kini berubah menjadi salah satu destinasi ecowisata di Kota Tangerang--berkat sentuhan para anggota pengurus Banksasuci.

Memasuki kawasan ecowisata tepi sungai itu, para pengunjung diwajibkan untuk membawa botol plastik bekas seberat dua kilogram atau setara 20 botol kemasan minuman standar per-orang. Sampah itu sebagai pengganti bea tiket masuk.

Fasilitas hiburan dan penunjang di tempat ecowisata Banksasuci juga cukup bagus, mulai dari jembatan apung merangkap waste trap, perahu wisata, halang rintang outbond, taman jajan, tempat duduk unik dari bahan daur ulang serta saung-saung yang dibentuk menggunakan bahan bekas sebagai meterialnya pun ornamen di dalamnya bahan bekas yang kini berwujud karya seni pameran dan tak lupa pula kebun wisata yang berada di sebuah delta sungai.

Selain itu, para wisatawan juga bisa melihat cara mereka membuat pupuk dari dedaunan dan dahan yang dikumpulkan dari waste trap.

Wah bagus banget ini untuk pendidikan sejak dini dalam pengelolaan sampah.

6. Botol bekas jadi bea masuk ecowisata Banksasuci

Jerat Sampah, Cuan DidapatPintu masuk kawasan ecowisata Banksasuci (IDN Times/Muhammad Iqbal)

Ade merinci saat ini nasabah Banksasuci ada 65 terdiri dari kelompok yang dipegang ketua RW di perumahan dan juga perseorangan. Jumlah ini merupakan jumlah nasabah aktif karena ada pula yang tidak aktif yang menjual sampah sekali-sekali waktu.

Nasabah aktif sendiri rutin menabung sampah setiap bulan baik yang kelompok maupun personal. Dari 65 nasabah aktif saja, 10 ton sampah per bulan dapat dikumpulkan oleh Banksasuci. Kebanyakan sampahnya adalah kardus dan botol.

Ade menyebut botol sendiri dihargai Rp2 ribu per kilogram (kg) dan dijual kembali oleh Banksasuci ke industri pengolahan sebesar Rp2.500 per kg.

"Dari awal (kita) cuma bisa dapat Rp5 juta yang harus dibagi lima orang, sekarang Rp30 juta untuk operasional Banksasuci," kata Ade.

Ade mengatakan, jumlah pengurus Banksasuci ada 40 orang, namun yang aktif sekitar 20-an orang karena banyak yang sibuk di kampus sebagai akademisi, bahkan rektor bahkan pemilik yayasan salah satu kampus di Tangerang.

7. Banksasuci jadi salah satu solusi menghambat pertumbuhan pulau sampah di laut utara

Jerat Sampah, Cuan DidapatAde Yunus Saat menunjukan botol plastik bekas yang dikumpulkan Banksasuci (IDN Times/Muhammad Iqbal)

Kini, Banksasuci sudah menginisiasi beberapa komunitas peduli sampah di Sepanjang sungai Cisadane. Selain itu, Banksasuci juga telah memiliki cabang di daerah lain di Provinsi Banten. Tepatnya di wilayah Serang yang kini juga berdiri Banksasuci dari akronim Bank Sampah Sungai Ciujung. Hasil kerja-kerja mereka sendiri masih diakui jauh dari kata sempurna. Mereka berkeinginan kedepan bisa mengolah sampah yang ditampung menjadi produk jadi untuk dijual.

Sementara berdasar pantauan IDN Times di Sungai Cisadane, sampah menjadi masalah serius bagi kelangsungan lingkungan. Terutama di muara sungai yakni di laut Utara Tangerang yang kini berdiri angkuh sebuah daratan pulau sampah yang sangat luas.

Munculnya Banksasuci bisa menjadi salah satu solusi mengurangi terus membesarnya pulau itu.

Jerat Sampah, Cuan DidapatDokumentasi - Daratan di Muara Sungai Cisadane Berubah Jadi Pulau Sampah (IDN Times/Candra Irawan)

Baca Juga: Dulu Kumuh, 7 Sungai Ini Sekarang Jadi Wisata Kece

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya