PSEL di Kota Tangerang Konsekuensi Penanganan Sampah yang Gak Maksimal

Teknologi PSEL juga dipakai di negara-negara lain

Kota Tangerang, IDN Times - Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) mengakui bahwa proyek penanggulangan sampah melalui Pengolahan Sampah Energi Listrik (PSEL) di Kota Tangerang bakal telan biaya yang besar.

Namun begitu, Kemenko Marves mengakui opsi ini jadi solusi utama permasalahan sampah di Kota Tangerang akibat kurang maksimalnya upaya pengurangan tonase sampah.

"Pengurangan segala macam sudah dilakukan mungkin yah, tapi kurang maksimal. Pilihannya (hanya) tekonologi," kata Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah pada Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves, Rofi Alhanif dalam diskusi LMFEB Universitas Padjajaran bersama AJI Jakarta, Rabu (16/3/2022).

Baca Juga: PSEL Kota Tangerang Tak Layak Dijalankan, Walhi: Bebani Uang Negara

1. "Mengelola sampah ini memang mahal. Tapi kalau tidak dikelola ini akan lebih mahal"

PSEL di Kota Tangerang Konsekuensi Penanganan Sampah yang Gak MaksimalIlustrasi Uang Rupiah (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)

Rofi mengatakan, investasi dalam proyek ini cukup besar.  "Mengelola sampah ini memang mahal. Tapi kalau tidak dikelola ini akan lebih mahal," kata dia.

Rofi pun turut menyoroti kebijakan pemerintah daerah saat ini, yang lebih memilih cara mudah dalam pengelolaan sampah, padahal ada konsekuensi dampak yang lebih berat dengan dijalankannya kebijakan yang dinilai kurang tepat ini.

"Ini yang sebetulnya tidak dipahami oleh teman-teman di daerah. Di daerah seolah-olah dengan mengangkut sampah dari rumah-rumah kemudian di transportasi di landfill di TPA, seolah-olah itu murah dan selesai," ungkapnya.

2. Mahalnya penampungan sampah. Salah satunya, penyediaa

PSEL di Kota Tangerang Konsekuensi Penanganan Sampah yang Gak MaksimalIlustrasi sampah. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Padahal, kata Rofi, kalo dihitung secara lebih komprehensif lagi justru itu lebih mahal karena perlu lahan yang lebih luas. Salah satu pengeluaran yang besar adalah penyediaan lahan. "Harus beli lahan lagi setiap sekian tahun," kata dia.

Di sisi lain, cost of transportation sampah itu sendiri pun mahal. "Belum lagi aspek-aspek eksternalitinya. Seberapa besar dampak dari TPA itu sebenarnya," sambungnya.

3. Opsi teknologi jadi pilihan penanganan sampah

PSEL di Kota Tangerang Konsekuensi Penanganan Sampah yang Gak MaksimalIDN Times / Larasati Rey

Rofi mengaku, pihaknya sudah melakukan banyak kajian soal adanya kemungkinan pencemaran lingkungan. Langkah mitigasi dengan menggunakan teknologi yang disebut sudah teruji jadi salah satu jaminan pemerintah.

"Saya kira ini kembali ke teknologi. Jika teknologinya yang dipakai sudah proven gitu yah dan ada sertifikasinya yang jelas, saya kira ini bisa diminimalisir atau dimitigasi dampaknya," kata dia.

Rofi juga mengklaim, tidak ada dioksin dan furan yang keluar dari pembakaran di PSEL dengan suhu di atas 1.000 derajat celsius pada teknologi pengolahan sampah ini. Di sisi lain, teknologi itu juga sudah dipakai di berbagai negara, tak hanya Indonesia.

"Singapura itu sebagian besar sampahnya diinsinerasi, dibakar gitu. Bahkan di negara maju Eroupa, Amerika juga menggunakan teknologi insinerasi. Jadi maksud saya teknologi ini ada tersedia juga sudah proven," urainya.

4. Walhi: ada potensi pemborosan uang negara dan penecemaran lingkungan di PSEL

PSEL di Kota Tangerang Konsekuensi Penanganan Sampah yang Gak MaksimalDok. Walhi

Sebelumnya, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menilai, Pemerintah Kota Tangerang tak layak melanjutkan ambisinya membuat proyek Pengolahan Sampah Energi Listrik (PSEL).

"PSEL Kota Tangerang sudah direncanakan sejak tahun 2016 atau sudah sejak 6 tahun lalu. Menurut Walhi, Proyek PSEL atau yang dulu disebut sebagai PLTSa tak layak untuk dilanjutkan," kata Pengkampanye Urban Berkeadilan Walhi Abdul Ghofar kepada IDN Times, Kamis (10/3/2022).

Kata Ghofar, ada dua alasan yang membuat rencana itu tak layak dilanjutkan. Pertama soal regulasi, kedua soal beban keuangan negara.

Pada aspek keuangan, PSEL berpotensi memboroskan keuangan negara seperti disampaikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Maret 2020.

Selain itu, pencemaran udara juga turut berpotensi jika rencana ini terus dijalankan. "Jika PSEL menggunakan teknologi thermal, maka ada resiko emisi dioksin dan furan yang bersifat karsinogenik. Pembakaran sampah juga akan menghasilkan fly ash dan bottom ash (FABA) yang merupakan limbah B3," kata dia.

Baca Juga: Di Depan Luhut, Arief Teken Kerjasama Sampah Jadi Listrik di Tangerang

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya