Soal Kualitas Udara Tangsel, Ini Penjelasan Kepala DLH

DLH Tangsel pertanyakan penilaian Nafas

Tangerang Selatan, IDN Times - Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang Selatan Wahyunoto Lukman balik mempertanyakan pernyataan lembaga independen pemantau kualitas udara, Nafas, yang menarasikan udara Tangsel di bulan Juli 2023 terburuk se-Indonesia.

Menurut Wahyu, publik semestinya juga diberi informasi dengan apa dan bagaimana lembaga tersebut menilai kualitas udara di Tangsel.

"Yang penting untuk diketahui terlebih dahulu, sepertu apa alat, metode, dan sampel udara yang diuji oleh pihak terkait yang mempublis keadaan kualitas udara Tangsel, apakah alat dan metode tersebut sudah sesuai kaidah atau SOP yang terakreditasi oleh lembaga yang berkompeten," kata Wahyu kepada IDN Times, Kamis (10/8/2023).

Baca Juga: Udara Tangsel di Juli 2023 Terburuk se Indonesia, Apa Dampaknya?

1. DLH Tangsel sudah punya alat penguji kualitas udara

Soal Kualitas Udara Tangsel, Ini Penjelasan Kepala DLHWarga bersepeda di kawasan BSD City, Tangerang, Banten (28/6/2020) (IDN Times/Herka Yanis)

Semestinya, kata Wahyu, sebelum menyimpulkan secara umum kondisi udara Tangsel, maka sampel udara yang diuji juga harus benar-benar mewakili keadaan seluruh wilayah Tangsel. Minimal dari tujuh wilayah kecamatan yang ada.

"Dan tidak terburu-buru, apalagi sembarangan menyebarkan informasi yg belum dapat dipertangungjawabkan," kata dia.

Pemkot Tangsel, lanjutnya, melalui DLH memiliki alat baik aktif maupun pasif dan menggunakan metode sampling yang sudah terakreditasi melalui lembaga komite akreditasi nasional.

"Alat aktif DLH Tangsel ada di taman kesehatan secara terus menerus realtime mengukur dan menguji kualitas udara, kemudian dibandingkan dengan alat uji kualitas pasif yg mengambil sampel udara di beberapa wilayah lain dalam wilayah Kota Tangerang Selatan yang hasilnya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan," ungkapnya.

2. DLH: kualitas udara Tangsel layak dan sehat

Soal Kualitas Udara Tangsel, Ini Penjelasan Kepala DLHWarga bersepeda di kawasan BSD City, Tangerang, Banten (28/6/2020) (IDN Times/Herka Yanis)

Wahyu memastikan, sejauh ini kualitas udara di Tangsel tergolong layak dan sehat untuk kebutuhan mahluk hidup. "Kemudian ada dinamika kualitas udara yang bisa dalam keadaan kurang baik, memang tidak terlepas dari kondisi iklim el nino atau cuaca panas serta kemarau yg sedang melanda," kata Wahyu.

Menurut Wahyu, polutan udara yang muncul sebagai akibat dari emisi gas buang kendaraan, aktifitas pabrik industri, pembakaran sampah, bahkan gas efek rumah kaca yang biasanya terurai oleh hujan atau tereduksi oleh tanaman pelindung di lingkungan hijau atau ruang terbuka hijau yang ada menjadi lebih bertahan di udara sekitar kita.

"Maka kami juga menghimbau agar warga semua bersama-sama mengurangi penggunaan kendaraan transportasi pribadi, tidak membakar sampah, mengurangi intensitas penggunaan AC, kulkas, dan pendingin lain yang menggunakan freon," ungkapnya.

3. "Bahwa ada pihak yang memang bisa mendapatkan profit atau keuntungan melalui aplikasi yang mereka adakan dan pasarkan dengan konten menarik perhatian publik"

Soal Kualitas Udara Tangsel, Ini Penjelasan Kepala DLHWarga bersepeda di kawasan BSD City, Tangerang, Banten (28/6/2020) (IDN Times/Herka Yanis)

Selain itu, kata Wahyu, terkait narasi yang dikemukakan bahwa kualitas udara Tangsel buruk, mesti dilihat secara cermat.

"Bahwa ada pihak yang memang bisa mendapatkan profit atau keuntungan melalui aplikasi yang mereka adakan dan pasarkan dengan konten menarik perhatian publik tanpa perlu mempertanggungjawabkanya kembali kepada publik," ungkapnya.

Baca Juga: Hingga Juli 2023, Puluhan Warga Tangsel Terkena ISPA

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya