Suku Baduy, Penghuni Gunung Kendeng Banten

Lebak, IDN Times - Suku adat Baduy merupakan etnis Sunda yang hidup bersama alam di Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.
Secara garis besar, suku Baduy terbagi dalam dua golongan yang disebut dengan Baduy Dalam dan Baduy Luar.
Baca Juga: Pakaian Adat yang Dipakai Jokowi Hasil Karya Pengrajin Baduy
1. Nama Baduy berawal dari peneliti berkebangsaan Belanda
Sebutan Baduy merupakan pemberian dari peneliti Belanda yang melihat kemiripan masyarakat di sini dengan masyarakat Badawi atau Bedoin di Arab.
Kemiripan ini karena dahulu, masyarakat di sini sering berpindah-pindah mencari tempat yang sempurna untuk mereka tinggali. Namun ada versi lain yang menyebutkan, nama Baduy adalah nama Sungai Cibaduy yang terletak di bagian utara Desa Kanekes.
2. Terbagi dalam dua entitas, Dalam dan Luar
Perbedaan yang paling mendasar dari kedua suku ini adalah dalam menjalankan aturan adat (pikukuh) saat pelaksanaannya. Baduy Dalam masih memegang teguh adat dan menjalankan aturan adat dengan baik dan ketat.
Sementara itu, Baduy Luar justru sebaliknya. Warga Baduy Luar mulai menerima pengaruh dari luar, meskipun tetap menjalankan aturan adat yang sama.
3. Pakaian adat suku Baduy
Dalam keseharian Baduy Dalam menggunakan balutan pakaian serba warna putih yang mendominasi, kadang hanya bagian celananya saja berwarna hitam ataupun biru tua.
Warna putih melambangkan kesucian dan budaya yang tidak terpengaruh dari luar. Beda dengan Baduy Luar yang menggunakan baju serba hitam atau biru tua saat beraktivitas.
4. Suku ini dipimpin oleh seorang pu'un
Suku Baduy dipimpin oleh pu’un selaku ketua adat tertinggi dibantu dengan jaro kepala kampung sebagai wakilnya.
Ada tiga kampung pada Baduy Dalam yakni; Cikertawana, Cikeusik dan Cibeo. Sedangkan,, Baduy Luar memiliki 50 kampung yang berada di bukit-bukit Gunung Kendeng.
Baca Juga: Kisah Milennial Baduy, Jualan Online Hingga Tembus Luar Negeri
5. Orang Baduy berpenghasilan dari hasil pertanian
Mata pencaharian mayarakat Suku Baduy umumnya berladang dan bertani. Alamnya yang subur dan berlimpah mempermudah suku ini dalam menghasilkan kebutuhan sehari-hari. Hasil berupa kopi, padi, dan umbi-umbian menjadi komoditas yang paling sering ditanam oleh masyarakat Baduy.
Namun dalam praktek berladang dan bertani, Suku Baduy tidak menggunakan kerbau atau sapi dalam mengolah lahan mereka. Hewan berkaki empat selain anjing sangat dilarang masuk ke Desa Kanekes demi menjaga kelestarian alam.
Baca Juga: Benarkah Ada Upaya Meng-Islam-kan Suku Baduy?
Baca Juga: Di Balik Ritual Kawalu Suku Baduy Dalam, Doa dan Puasa untuk Indonesia