Kepala Dinas Kesehatan Banten Ati Pramudji, (IDN Times/ Khaerul Anwar)
Peningkatan ODHA di sejumlah regional meningkat. Banten, misalnya, mencatat ada 2.100 kasus baru HIV selama 2024. Dari jumlah kasus baru itu, menurut Kepala Dinas Kesehatan Banten Ati Pramudji, 189 penderita merupakan IRT. Mereka tersebar merata di seluruh wilayah Banten, utamanya di Tangerang Raya yang meliputi Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan hasil pendalaman dari kelompok sebaran, kata Ati, rata-rata penularan HIV dari pasangan yang berperilaku seks berisiko tinggi yang sering berganti-ganti pasangan seks, atau memiliki pasangan yang merupakan pelanggan pekerja seks.
Bahkan, saat ini banyak seorang iatri tertular HIV dari pasangan yang melakukan fenomena levender marriage, di mana pasangan lelaki seks lelaki (LSL) atau gay tetap menikah dengan lawan jenis untuk menutupi orientasi seks tersebut di masyarakat.
"Rata-rata penularan HIV dari kelompok pasangan ODHIV, pasangan Risti dan ibu hamil," katanya.
Di Kota Medan, Dinas Kesehatan menemukan ada 9.878 kasus HIV/AIDS. Kepala Dinkes Kota Medan, Yuda Pratiwi Setiawan mengungkap, dari jumlah itu, sebanyak 5.813 orang sedang menjalani pengobatan dengan ARV).
Penularan HIV-AIDS di Kota Medan tidak hanya terjadi pada kelompok masyarakat dengan perilaku berisiko, tetapi juga pada orang berstatus sebagai istri.
Kemudian, kata dia, petugas medis bisa terkontaminasi karena kurang disiplin dalam melaksanakan prosedur pelayanan orang dengan HIV/AIDS.Bahkan, bayi baru lahir pun bisa tertular dari ibunya karena tidak mengetahui status HIV, sehingga tidak sempat dilakukan pencegahan penularan ibu ke anak (PPIA).
"Di Kota Medan saat ini ada 55 orang anak dengan status anak dengan HIV/AIDS atau ADHA," kata dia.
Di Sumatra Selatan, tercatat ada penambahan 846 kasus baru HIV/AIDS pada periode Januari-Oktober 2024, dari sebelumnya pada Januari-Desember 2023 tercatat 870 kasus
"Jumlah data berdasarkan hasil diagnosa, tes darah hingga pemberian pengobatan terhadap penderita," ujar Pengelola Program HIV/AIDS Dinkes Sumsel, Irma Tiara, kepada IDN Times.
Jumlah terinfeksi HIV/AIDS di Sumsel paling tinggi terjadi pada Kota Palembang, yakni 109 kasus. "Kemungkinan sampai Desember akhir bisa bertambah," kata dia.
Sementara itu, berdasarkan data Advocacy Officer Wahana Cita Indonesia (WCI) pada 2023, diperkirakan sekitar 5.600 hingga 6.000 orang di Provinsi Lampung terinfeksi HIV/AIDS. Di antara jumlah tersebut, sekitar 2.900 di antaranya adalah anak-anak.
Peningkatan dan penambahan kasus baru juga tercatat di Yogyakarta. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, Pembajun Setyaningastutie mengungkap, tren kenaikan kasus HIV/AIDS terjadi usai pandemik COVID-19.
“Angka kejadian HIV/AIDS terus meningkat secara kumulatif dari tahun ke tahun, karena memang pengobatan HIV/AIDS seumur hidup,” ungkapnya.
Berdasar data Dinkes DIY pada tahun 2021, ditemukan HIV berjumlah 327 kasus dan AIDS 107 kasus. Pada tahun 2022, ditemukan 830 kasus HIV dan 193 kasus AIDS, serta tahun 2023 terdapat 957 kasus HIV dan 205 kasus AIDS.
“Sedangkan pada tahun 2024 sampai dengan semester pertama, di DIY terdapat 8.195 total penderita HIV dan 2.313 penderita yang masuk dalam kategori AIDS. Tren angka kejadian HIV AIDS terus meningkat secara kumulatif dari tahun ke tahun, karena memang pengobatan HIV/AIDS seumur hidup,” ujar Pembajun.
Data DIY Tahun 2024 semester pertama menunjukkan proporsi penderita didominasi laki-laki sebanyak 5.815 kasus HIV dan 1.558 kasus AIDS, sementara kasus HIV perempuan 2.304 dan 741 kasus AIDS. Sedangkan 76 kasus HIV dan 14 kasus AIDS tidak diketahui jenis kelaminnya.
“Data DIY Tahun 2024 semester pertama menunjukkan, profesi penderita HIV AIDS cukup bervariasi mulai wiraswasta, tenaga nonprofesional, siswa/mahasiswa, IRT, buruh kasar, pekerja seks, dan sebagian besar tidak menuliskan data pekerjaannya (lain-lain atau tidak diketahui),” jelas Pembajun.
Sulawesi Selatan juga mencatat tren peningkatan. Menurut data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus HIV pada September 2024, mencapai 1.636 kasus. Namun, angka ini masih berpeluang meningkat hingga akhir tahun.
Jumlah tersebut bahkan bisa lebih banyak lagi yang tidak tercatat. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, Yusri Yunus, menjelaskan bahwa data yang dihimpun sangat akurat karena bersumber dari Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA) nasional. Dia menjelaskan lonjakan ini menunjukkan kemampuan layanan kesehatan untuk mendeteksi kasus secara masif.
"Memang ini adalah fenomena gunung es, siklus yang ada di tengah masyarakat kita terkait adanya kasus HIV yang cukup meningkat," kata Yusri, Sabtu (30/11/2024).
Berdasarkan data, kelompok lelaki seks dengan lelaki (LSL) menjadi penyumbang kasus tertinggi di Sulawesi Selatan. Data tersebut mencatat ada 741 kasus HIV pada kelompok LSL sepanjang Januari hingga September 2024.
Di Nusa Tenggara Timur (NTB), sedikitnya ada 5.927 kasus HIV/AIDS. Sejak 2001 hingga Juli 2023, jumlah kasus yang ditemukan baru sebanyak 53,88 persen atau 3.193 kasus.
Sekretaris KPA Provinsi NTB, Suhermanto mengatakan, ribuan kasus HIV/AIDS belum terbongkar dan mereka berkeliaran serta meningkatkan risiko penularan.
Berdasarkan pekerjaan, ibu rumah tangga (IRT) menjadi penderita HIV/AIDS terbanyak kedua di NTB setelah karyawan. "Suami jajan di luar negeri. Begitu pulang, membawa virus HIV, istri menjadi tertular," katanya.
Di Bali, ada penurunan kasus sejak 2018-2022. Merujuk pada Satu Data Indonesia Provinsi Bali yang diperbarui pada 21 Agustus 2024, jumlah penderita HIV/AIDS di Provinsi Bali dalam lima tahun terakhir, yakni 156 (2018), 146 (2019), 139 (2020), 121 (2021), dan 89 (2022).
Penurunan juga terjadi di Balikpapan, Kalimantan Timur. Hingga Oktober 2024, Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan mencatat ada 303 kasus HIV/AIDS yang terdeteksi di Balikpapan. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun lalu, di mana ada 318 kasus HIV/AIDS yang terdeteksi.
Ketua Tim Kerja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P3M) Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, I Dewa Gede Dony Lesmana mengungkap, kasus HIV/AIDS di Balikpapan didominasi penularan pada kelompok usia produktif, khususnya pria.
Lebih lanjut kata Dewa, penularan HIV/AIDS di Balikpapan lebih banyak terjadi melalui hubungan seksual berisiko, baik homoseksual maupun heteroseksual. Fenomena ini berbeda dengan pola penularan pada dekade 1990-an, yang mayoritas disebabkan oleh penggunaan jarum suntik narkoba secara bergantian.
Kelompok usia 25-49 tahun, yang merupakan usia produktif, tercatat sebagai kelompok yang paling banyak terinfeksi HIV/AIDS, dengan jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, yakni 198 kasus pada laki-laki dan 74 kasus pada perempuan di tahun ini.
Balikpapan pun dibayangi penularan HIV/AIDS di kalangan ibu rumah tangga, dengan 39 kasus pada 2023 dan 32 kasus pada 2022.
Kasus HIV/AIDS di Jawa Barat pun tergolong stagnan dan cenderung menurun. Kepala bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jabar, Rochady Hendra Setia Wibawa mengatakan, jumlah data pasien penderita HIV/AIDS di Jabar 2023 tercatat 9.710 dan tahun 2024 tercatat 8.886.
Dari jumlah itu, penderita perempuan di tahun 2023 ada 2.464 orang dan tahun 2024 ada 2.121 orang. Sementara jumlah ibu Hamil positif HIV/AIDS di tahun 2023 sejumlah 560 bumil (ibu hamil), untuk 2024 didapat 275 bumil," ujar Rochady.