Ajakan serupa diutarakan Novi Asih, millennial perempuan asal Karawaci Ilir, Saung Bale Kembang, Tangerang. Novi menilai, perempuan milennials saat ini harus dapat memberikan inspirasi dan motivasi kepada sekitar.
Padahal, menurutnya, perempuan millennials harus berani mengambil tindakan untuk membuat suatu perubahan. Jika sendiri terasa berat untuk dilakukan, tidak ada salahnya mencoba mengajak orang lain untuk membuat suatu perubahan bersama.
Gak hanya omongan doang, perempuan berusia 26 tahun menyulap halaman rumahnya di Jalan Akses Tanah Gocap menjadi tempat belajar bagi anak-anak yatim.
Hatinya tergerak untuk memberi sesuatu bagi anak-anak yatim sejak tahun lalu, ketika pandemik meluluhlantakkan banyak hal. Tak hanya pendidikan mengenai ilmu pengetahuan yang dia bagikan kepada anak-anak dari keluarga tak mampu itu. Pendidikan akhlak pun jadi perhatiannya, seperti mengaji.
"Aktivitas anak-anak saat ini selama pandemik dan sekolah daring lebih banyak bermain, tidak banyak anak yg mau belajar ketika di rumah. Karena itu selama belajar daring kita membuat kegiatan les dan mengaji untuk anak yatim," kata Novi Asih saat ditemui IDN Times, Kamis (22/4/2021).
Jalan tak selalu mulus. Novi mengakui, dukungan dari masyarakat sekitar dia rasakan kurang ketika memulai kelas gratis untuk anak yatim itu. Bahkan, banyak orangtua yang tidak ingin anaknya ikut belajar lantaran menganggap pendidikan tidak penting.
"Tidak sedikit kita jumpai anak-anak di usia yang seharusnya masih duduk di bangku sekolah, rela ikut serta mencari nafkah hanya untuk makan sehari-hari dan merelakan pendidikannnya berhenti untuk bertahan hidup," kata dia.
Oleh karena itu, Novi mengaku ingin selalu bisa membantu adik-adik yatim untuk tetap bisa mengenyam pendidikan yang seharusnya mereka terima. "Dan memotivasi mereka untuk tidak kalah dengan keadaan," ungkapnya.
Pendidikan juga menjadi bidang yang digeluti Ade Putri Sarwendah. Bedanya, Ade benar-benar berprofesi sebagai guru.
Millennial berusia 31 tahun itu mengajar anak-anak luar biasa di SLB Negeri Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim).
Sejak menyelesaikan S1 di Universitas Negeri Yogyakarta, Ade sudah 11 tahun ia aktif mengajar anak berkebutuhan khusus (ABK). Dan, Ade mengaku sangat senang menjalani profesinya, meski dia akui, mengajar ABK sangat menantang.
Menurut dia, butuh usaha dan kesabaran ekstra. Dalam satu kelas, kemampuan anak-anak ini heterogen.
"Mereka pun berbeda-beda. Tentu penanganannya juga berbeda-beda. Ini jadi tantangannya. Bagaimana bisa mengakomodasi itu semua," ujar Ade Putri.
Salah sedikit saja penanganan, anak-anak didik bisa ngambek hingga tantrum--suatu kondisi di mana anak meluapkan emosinya tanpa kendali.
"Biasanya mereka marah karena keinginan tidak terpenuhi. Maka biarkan saja, dengan catatan tetap diawasi. Marahnya jangan sampai menyakiti orang lain dan diri sendiri," ujarnya
Nantinya jika mereka sudah kehabisan energi untuk marah. Lalu guru atau orangtua menghampiri secara perlahan. "Jangan marah-marah. Karena jika kita berbicara dengan nada tinggi, anak bisa makin tantrum," kata dia.
Kecintaannya pada dunia pendidikan membawa Ade memperoleh berbagai penghargaan. Seperti di tahun 2018 ia mengikuti kegiatan simposium nasional. Di forum ini, dia berkesempatan menunjukkan karya ilmiah pesertanya. "Itu diikuti guru SLB se-Indonesia. Alhamdulillah saya masuk terbaik kedua tingkat nasional," sebut perempuan kelahiran 14 Oktober ini.
Penghargaan lain, pada 2020 ia mengikuti kegiatan guru dedikasi dan inovasi. "Alhamdulillah kembali memperoleh predikat terbaik kedua tingkat nasional jenjang guru SLB," lanjutnya.
Pada tahun yang sama, ia juga memperoleh penghargaan Kaltim Education Award di Samarinda. Selain itu ia pun terpilih sebagai Duta Rumah Belajar Provinsi Kaltim.
"Di tahun 2021 saya memperoleh penghargaan dari Wali Kota Balikpapan. Sebagai warga yang berprestasi di bidang pendidikan," sebutnya.
Untuk mendalami ilmu pendidikan luar biasa, Ade Putri tak hanya mengambil S1 Pendidikan Luar Biasa saja. Ia juga mengambil S2 Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Wijaya Putra Surabaya.
Selain itu, Ade juga menambah ilmunya dengan short course di Korea Selatan dan Malaysia.
Harapan Ade sederhana saja. Dia ingin anak-anak didiknya taat agama, patuh pada orangtua dan mandiri. "Bisa bertanggung jawab atas diri mereka sendiri juga bergabung dengan lingkungan masyarakat. Menunjukkan bahwa mereka anak-anak yang bisa," kata dia.