Kapal nelayan asal Banten yang berhasil dievakuasi ke Pantai Glagah.(Dok. Basarnas Yogyakarta)
Kabar hilang suaminya, ia dapat keesokan harinya. Wanita 37 tahun itu pun tak bisa menghubungi orang-orang yang bersama suaminya dalam perahu tersebut lantaran tak ada satupun yang membawa alat komunikasi.
"Bapak tidak pernah bawa HP karena dia biasanya pulang cepat maksimal 12 jam gitu kan. Di laut gak sampai berhari-hari. Yang biasa bawa HP, salah satu ABK nya engga ikut melaut, karena anaknya sakit," kata Aisyah.
Aisyah mengatakan, dari infromasi yang ia dapat dari rekan-rekan suaminya, perahu Anggit dan tiga rekannya terbawa arus ombak laut yang kala kejadian memang sedang tinggi.
"Cuaca lagi air laut arusnya lagi kencang ya. Itu tadinya mereka beriring-iringan dengan perahu lain. Yang lain juga pada terdampar. Terdampar ke pinggir, kalau perahu yang ditupangi oleh Pak Anggit ke arah Bayah tengah," ungkapnya.
Setelah mendapat kabar suaminya hilang kontak, ia pun bergegas melaporkan kejadian itu kepada pemilik perahu yang juga majikan suaminya. Namun ia tak mendapat respon memuaskan.
Aisyah berharap pihak terkait dapat membantu mencari keberadaan suaminya. "Minta bantuan, secara pribadi saya ga bisa, petugas kan punya alatnya, mohon dibantu," kata dia.