Meski gerakan pembentukan Provinsi Banten sudah cukup lama meredup, dia masih berkomunikasi secara aktif dengan pelopor gerakan hingga akhirnya muncul peristiwa reformasi 1998.
Embay dan tokoh pendiri yang lain memanfaatkan momentum reformasi, sebab pada saat itu dia dan sejumlah tokoh Banten dipercaya oleh pemerintah untuk mengikuti sidang istimewa MPR November 1998.
"Pada saat itulah saya dekat dengan Presiden (BJ Habibie), Panglima ABRI dan para menteri. Kesempatan saya manfaatkan itu," katanya.
Embay dan 11 tokoh Banten dipanggil ke istana negara oleh Presiden BJ Habibie karena dianggap telah membantu keberhasilan pelaksanaan Sidang Istimewa MPR. Dalam pertemuan itu Habibie menyampaikan ucapan terima kasih dan menyatakan apa yang bisa dibantu olehnya untuk masyarakat Banten.
"Beliau tanya apa yang bisa saya berikan untuk masyarakat Banten. Saya bilang, 'Bapak bantu saja pesantren, tujuannya belum ( disampaikan). Jadi bapak ke Banten bantu pesantren karena pada saat itu banyak pesantren masih perlu bantuan'," katanya.
Kemudian Presiden Habibie setuju dan diputuskan lokasi kunjungan dan pemberian bantuan pesantren di Ponpes milik Aminudin Ibrohim Darul Iman Pandeglang pada 5 Februari 1999. "karena beliau sudah sangat dekat secara pribadi dengan presiden sering ngisi kultum," katanya.
Kemudian di perjalanan, Embay bersama Amin menyusun siasat untuk menyampaikan tujuan pembentukan provinsi Banten pada saat acara kunjungan Presiden RI itu.
"Pak kiai kan tuan rumah pasti harus nyambut awalnya terserah yang penting ujungnya sampaikan 4 poin. Minta Banten jadi provinsi, minta perguruan negeri, minta Cilegon jadi kotamadya dan minta pemekaran di Banten Selatan," katanya.