ilustrasi keluarga makan bersama (freepik.com/freepik)
Kak Seto pun menegaskan, selama ini banyak orangtua yang menganggap pemenuhan hak materi, seperti makan, sekolah, dan selalu ada untuk anak merupakan pola asuh sudah cukup dan terbaik.
"Padahal cara kita berkomunikasi dengan anak, mengajak anak berdiskusi, membuka diri itu yang berguna, menurut saya. Membuat suatu support system sesama orangtua, bisa berada di satu komunitas saling bertukar pikiran, membantu secara sehat," ungkapnya.
Untuk itu, Kak Seto pun mengimbau orangtua untuk mewajarkan adanya diskusi keluarga, di mana keluh kesah dan diskusi sehat terjadi di waktu tertentu yang rutin. Hal tersebut agar anak membuka diri terhadap orangtua, sehingga jika anak menjadi korban perundungan bisa langsung menceritakannya.
"Anak pada dasarnya ingin menceritakan, tapi kalau selama ini orangtua terlalu arogan, apalagi dimentahkan akhirnya bosen anak paling gak didenger, dinasehatin, malah diceramahin, makanya bangun komunikasi yang kokoh, bahkan harusnya dilembagakan, forum komunikasi dalam keluarga, misal ada rapat keluarga, ngobrol asik dengan keluarga," tuturnya.
Diskusi tersebut pun harus menghasilkan suatu perbaikan agar anak merasa dirinya didengar, termasuk kritik terhadap sikap orangtua.
"Itu mencakup seluruh masalah, misal diskriminasi antar saudara, ayah terlalu sibuk, bullying, itu bisa dikomunikasikan dalam suasana perlu persahabatan. Setelah itu setiap Minggu berikutnya dievaluasi, sudah belum, sehingga hak didengar suaranya, hal berpartisipasi anak dipenuhi," ungkapnya.