Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi polisi (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi polisi (IDN Times/Arief Rahmat)

Intinya sih...

  • Polisi telah memeriksa Kepsek SMA Negeri 1 Cimarga

  • Kronologi kejadian: Kepsek menegur siswa yang merokok, siswa menolak, kepsek menampar secara spontan

  • Insiden tersebut memicu aksi mogok sekolah oleh sekitar 630 siswa sebagai protes terhadap tindakan kepala sekolah

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Lebak, IDN Times – Kasus dugaan penamparan siswa oleh Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Cimarga, Kabupaten Lebak kini ditangani kepolisian. Keluarga siswa yang menjadi korban telah melaporkan peristiwa itu ke Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Lebak.

Kanit PPA Satreskrim Polres Lebak, Ipda Limbong, membenarkan laporan tersebut. Ia menyebut laporan diterima langsung dari ibu korban pada Jumat, 10 Oktober 2025.

“Iya, benar kami sudah menerima laporannya pada Jumat oleh ibu dan korban,” kata Limbong kepada IDN Times, Selasa (14/10/2025).

1. Polisi sudah memeriksa Kepsek SMA Negeri 1 Cimarga

Ilustrasi polisi (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurutnya, laporan tersebut kini masih dalam tahap penyelidikan. Sejumlah pihak telah diperiksa untuk dimintai keterangan, termasuk kepala sekolah dan siswa yang terlibat.

“Dua orang, yakni terduga pelaku dan korban, sudah kami mintai keterangan. Masih ada beberapa saksi lain yang akan diperiksa,” jelasnya.

2. Ini kronologi kejadiannya

ilustrasi siswa SMA (unsplash.com/Ed Us)

Kasus bermula ketika Kepala SMAN 1 Cimarga, Dini Vitria, menegur seorang siswa kelas XII yang kedapatan merokok di area sekolah. Saat ditegur, siswa tersebut menolak mengakui perbuatannya.

Dini mengaku menampar siswa tersebut secara spontan karena kecewa dengan sikapnya yang tidak jujur. Ia menegaskan tamparan dilakukan secara pelan sebagai bentuk penegasan disiplin, bukan kekerasan.

Namun, pihak keluarga siswa merasa tidak terima dan melaporkan Dini ke polisi. Insiden itu juga memicu aksi mogok sekolah oleh sekitar 630 siswa pada Senin, 13 Oktober 2025, sebagai bentuk protes terhadap tindakan kepala sekolah.

Editorial Team