IDN Times/Maya Aulia Aprilianti
Saat IDN Times mengunjungi kamar para penyandang, terlihat sekitar 19 orang yang ada di dalam. Terdapat fasilitas kamar tidur, kamar mandi, ruang terbuka.
Terlihat, mereka merespons ketika diajak berbicara namun masih belum berbicara dengan benar. Namun, mereka memiliki penyebab gangguan mental yang berbeda.
Salah satunya bernama Akbar. Dia dahulunya merupakan pecandu narkotika parah hingga mengalami gangguan mental. Ia dibawa oleh keluarganya ke ponpes Darut Tasbih untuk dilakukan penyembuhan.
"Tapi karena memang sudah terlalu parah, jadi sudah hampir 10 tahun disini, dulu benar-benar tidak bisa diajak berkomunikasi, sekarang sudah bisa," jelas salah satu petugas jaga, Hasbi.
Lain lagi dengan Apri. Dia merupakan seorang mahasiswa di salah satu universitas seni terkemuka di Jakarta. Sayangnya, entah apa yang dialami hingga saat tengah menjalani skripsi ia terkena gangguan mental berat.
Apri tidak berbaur dengan orang penyandang lainnya dan hanya duduk di pojokan. Hobi Apri adalah menggambar dan menulis di tembok asrama.
"Dulu pas dibawa ke sini, dia ngamuk banget, gak bisa sama sekali diajak komunikasi. Sampai sekarang juga masih belum stabil, tapi sudah mendingan, dia suka gambar Naruto di tembok," kata Hasbi.
Sementara, untuk penyandang yang sudah membaik dan mampu diajak berkomunikasi dan berkegiatan tidak lagi ditempatkan satu ruang dengan yang lain.
"Kalau yang sudah bisa komunikasi kita ajak ikut ngaji sama santri yang lain, jadi udah engga dikunci kamarnya karena udah engga suka ngamuk," jelasnya.