Berdasar data pada komunitasnya, diperkirakan ada 20 ribu lebih warteg di Jabodetabek terancam gulung tikar. Namun, menurut Mughni hal itu baru perkiraan atas apa yang akan terjadi ke depan. Di Kota Tangerang sendiri puluhan warteg telah bangkrut.
“Kalau yang sudah tutup di wilayah kota Tangerang baru jumlahnya puluhan ya. Di bawah 50an,” ungkapnya.
Tutupnya warteg disebabkan beberapa faktor. Habisnya masa kontrak, adanya kenaikan harga kontrak yang tidak sesuai dengan kondisi saat ini hingga faktor kalah bersaing dengan menjamurnya warteg modern yang disokong pemodal besar.
“Dan karena penurunan omset yang drastis, yang tidak bisa untuk menutupi biaya operasional dan kontrakan,” katanya.