Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Rapat Paripurna HUT Ke-393 Kabupaten Tangerang Diwarnai Aksi Mahasiswa
Aksi mahasiswa orasi di dalam ruang Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Tangerang (IDN Times/Maya Aulia Aprilianti)

Intinya sih...

  • Rapat Paripurna HUT ke-393 Kabupaten Tangerang diwarnai aksi lima mahasiswa GMNI yang berorasi menyoroti ketimpangan pembangunan.

  • GMNI mengkritik anggaran Rp2,4 miliar untuk pembangunan gapura, sementara infrastruktur dasar seperti jalan dan PJU masih terbengkalai.

  • Mereka juga menilai DPRD gagal menjalankan fungsi pengawasan terhadap kebijakan daerah dan isu mafia tanah.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tangerang, IDN Times - Rapat Paripurna Hari Ulang Tahun (HUT) ke-393 Kabupaten Tangerang diwarnai aksi orasi 5 pemuda di dalam ruang rapat, Senin (13/10/2025). Diketahui, 5 pemuda tersebut tergabung dam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kabupaten Tangerang.

Usai Bupati Tangerang, Moch. Maesyal Rasyid berpidato di depan semua undangan, salah satu pemuda yang semula duduk memperhatikan tiba-tiba berteriak.

"Tangerang belum merdeka, selamatkan Warga Cengkok!" teriak pemuda yang diketahui sebagai Endang Kurnia, Ketua DPC GMNI Kabupaten Tangerang.

1. GMNI soroti pembangunan gapura mencapai Rp2,4 Miliar

Mahasiswa orasi di ruang rapat Paripurna HUT Kabupaten Tangerang (IDN Times/Maya Aulia Aprilianti)

Dalam orasi tersebut, Endang juga menyoroti perihal pembangunan gapura di kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang yang menghabiskan anggaran Rp2,4 Miliar. Ia pun membandingkan dengan pembangunan jalan di kawasan Pakuhaji yang hanya menghabiskan dana Rp2,5 Miliar.

"Bayangkan ketimpangannya jauh hanya untuk sekedar gerbang, mengapa tidak priorotaskan dulu PJU (penerangan jalan umum)-nya karena Kabupaten Tangerang masih gelap, jalanan masih hancur, kenapa harus seperti itu?" tanya Endang.

Ia menyebut, di usia ke-393 ini, Kabupaten Tangerang belum bebas dari ketimpangan di mana anggaran belum difokuskan pada pembangunan yang tidak prioritas sehingga masyarakat tidak merasakan manfaat dari anggaran yang dikeluarkan.

"HUT ini harusnya jadi refleksi tanggungjawab sosial dan moral pemerintah daerah untuk memastikan pembangunan berjalan inklusif, Pemkab Tangerang perlu memastikan tidak ada warga yang tertinggal daru arus kemajuan industri dan modernisasi," jelasnya.

2. GMNI juga sebut masih banyak PR Pemkab Tangerang

Mahasiswa orasi di ruang rapat Paripurna HUT Kabupaten Tangerang (IDN Times/Maya Aulia Aprilianti)

Sementara itu, Sekretaris DPC GMNI Kabupaten Tangerang, Teguh Maulana, menegaskan bahwa masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang masih harus dituntaskan oleh Pemkab Tangerang sebagai pemegang kebijakan. Misalnya saja, soal pendidikan dan isu lingkungan khususnya di Kampung Cengkok, Desa Sentul, Balaraja, Kabupaten Tangerang, yang mengalami sesak napas karena diduga adanya pencemaran lingkungan dari sebuah pabrik.

"Pencemaran yang notabene muncul dari industri-industri yang tidak pro rakyat dan memarjinalkan rakyat di sekitarnya," jelasnya.

3. GMNI sebut DPRD tak lakukan perannya dalam pengawasan

Mahasiswa orasi di ruang rapat Paripurna HUT Kabupaten Tangerang (IDN Times/Maya Aulia Aprilianti)

Teguh juga mengungkapkan, DPRD sebenarnya memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengawasi kebijakan-kebijakan pemerintah. Namun, saat ini, Teguh mengungkapkan DPRD tak berpihak pada rakyat.

"DPRD sebetulnya punya hak interpelasi dan hak angket serta hak bersikap terhadap kebijakan daerah yang tidak berpihak kepada rakyat, contoh kebijakan soal pengentasan mafia tanah, PIK 2, dan sebagainya," tuturnya.

Bahkan, lanjut Teguh, saat kejadian tersebut menimpa warga Kabupaten Tangerang, DPRD tak berupaya memiliki ide untuk menuntaskan permasalahan tersebut. Apalagi, Teguh menyebut, DPRD memiliki hak untuk melakukan penyelidikan melalui hak angket, namun tidak pernah dilakukan.

"Sampai detik ini persoalan PIK tidak pernah teratasi, mafia tanah tidak pernah ada tindak lanjutnya mengenai penanganannya seperti apa dan pemberantasannya bagaimana itu menjadi kegagalan yang nyata di depan mata kita," pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team