Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi buruh pabrik (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

"Tiba-tiba perusahaan bilang ada pengurangan karyawan karena sudah gak sanggup bayar. Akhirnya, ya saya kena juga"

- Ahmad Syahroni, buruh Tangerang -

PHK atau pemutusan hubungan kerja menjadi momok yang menghantui pekerja alias buruh, terutama di tengah pandemik COVID-19. Hampir semua sektor kena. Untuk kali pertama, pengusaha dan buruh merasakan hantaman begitu dahsyat sejak Presiden Joko "Jokowi" Widodo mengumumkan kasus pertama COVID-19 di Indonesia, Maret 2020. 

Dalam sebuah diskusi online pada 27 Maret 2021, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi mengungkap, 29,4 juta orang terdampak pandemil Covid-19. "Baik mereka yang di-PHK, dirumahkan, dikurangi jam kerjanya. Ini situasi yang sangat susah sebenarnya," kata Anwar.

Lantas pertanyaannya, apa yang terjadi pada buruh yang terdampak COVID-19 itu? Tak sekedar angka, para buruh terus berjibaku dan melawan. Segala cara mereka tempuh untuk membuat dapur tetap mengebul.

IDN Times Hyperlocals berusaha mengangkat suara-suara para buruh yang terkena dampak COVID-19 dalam sebuah kolaborasi. 

1. Mereka harus numpang makan kepada orangtua hingga mengirit pengeluaran

IDN Times/Maya Aulia Aprilianti

Msih segar dalam ingatan Ahmad Syahroni (30) ketika pabrik tempatnya bekerja mengumumkan ada pengurangan karyawan, Januari 2020. "Kita semua sudah pasrah saja waktu itu, tapi tetap berharap bukan saya," kata Ahmad bercerita pada Sabtu (11/12/2021).

Doa dan harapan Ahmad tak terkabul. Dia terkena PHK bersama puluhan rekannya yang lain pada April 2020.  "Tiba-tiba perusahaan bilang ada pengurangan karyawan, karena udah gak sanggup bayar. Akhirnya ya saya kena juga," jelasnya.

Menurut Ahmad, pabrik kertas dan plastik tempatnya bekerja tersebut sebetulnya sudah mulai goyah sejak September 2019. Kala itu, manajemen sudah menerapkan sistem pengurangan gaji untuk menekan angka produksi. Hampir seluruh karyawan terkena dampak tersebut.

Singkat cerita, Ahmad menjadi pengangguran setelah terkena PHK. Dia mencari-cari pekerjaan di pabrik, namun tak kunjung ada lowongan pekerjaan. Sulitnya pekerjaan dia rasakan betul hingga Agustus 2020, dia masih menganggur.

Untuk kebutuhan sehari-hari, dia makan numpang sama orangtua atau di rumah teman. "Saya malu sama orangtua," kata dia lirih. 

Selama menganggur itu, Ahmad kerap nongkrong di tempat usaha sang kawan, sebuah bengkel dan tambal ban. Saat nongkrong, dia pun kerap melihat temannya saat membetulkan sepeda motor yang rusak hingga menambal ban.

Melihat Ahmad yang menganggur, kawannya pun memberikan pekerjaan untuk menambal ban di bengkelnya. "Ternyata kalau benerin motor, saya susah ngertinya. Kalau tambal ban saya bisa belajar," tuturnya.

Usaha Ahmad untuk belajar menambal ban, gak sia-sia. Dari bantuan temannya, Ahmad bisa memiliki uang. "Lumayan lah, sistemnya bagi hasil aja, setiap nambal ban saya dapat Rp5 ribu," ungkapnya.

Dalam sehari, Ahmad bisa menambal 20 motor mulai pagi hingga dini hari. "Alhamdulillah walau cuma tukang tambal ban di bengkel temen, tapi seenggaknya lebih tenang dibandingkan menganggur," kata dia. 

Pekerja lain, Adriani, juga tengah merasakan pahitnya gaji dipotong karena pandemik COVID-19. Sehari-hari, perempuan 27 tahun itu bekerja sebagai pegawai toko busana di sebuah mal besar di pusat Kota Makassar.

"Gaji kurang karena untuk jam masuk kerja dikurangi," kata Adriani yang diwawancarai melalui WhatsApp, Jumat (10/12/2021). 

Meski demikian, Adriani tetap masih merasa beruntung tak sampai terkena PHK. Meski, kini dia harus bekerja lebih ekstra keras untuk menambah insentif. 

"Mau tidak mau harus irit dan bersyukur saja apa yang kita dapat," kata Adriani.

Adriani sempat terpikir untuk banting setir untuk membuka usaha sendiri asalkan ada pemasukan tambahan. Tapi keinginan itu tak kesampaian lantaran dia tak punya modal. Meski begitu, dia tetap bersyukur karena tak semua orang bisa bekerja di masa sulit ini.

"Ya disyukuri saja karena kita sebagai karyawan di mall hanya bisa sabar saja dengan pandemik ini," katanya.

Buruh Ngatino: Hidup hancur, ribut melulu dengan istri

Editorial Team

Tonton lebih seru di