Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Khaerul Anwar

Serang, IDN Times - SMA/SMK Prisma Kota resmi tutup tahun ini. Sekolah yang beralamat di Jalan Raya Serang-Jakarta, tepatnya di Kelurahan Panancangan, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang sudah berkiprah di dunia pendidikan selama 30 tahun.

Bahkan, sekolah swasta yang sempat menjadi sekolah favorit di Ibu Kota Provinsi Banten itu tidak menerima penerimaan peserta Didik baru (PPDB) tahun ajaran 2020/2021.

1. Pengelola sekolah kesulitan mencari murid

Guru dan para siswa SMKN 3 Banda Aceh saat akan membagikan masker hasil produksi kepada masyarakat (IDN Times/Istimewa)

Kepala SMK Prisma Samsudin mengatakan, alasan pihaknya tutup lantaran pada tahun lalu sekolahnya mengalami kekurangan siswa, sehingga menjadi kondisi yang sulit untuk bertahan. Apalagi SMA dan SMK bermunculan di setiap kecamatan.

Dalam penerimaan peserta didik tahun 2019 hanya ada sebanyak 36 siswa pendaftar SMK dan SMA hanya ada sebanyak 20 siswa. Disampaikan Samsudin, Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi beberapa tahun lalu pihaknya menerima hingga ribuan murid yang datang dari berbagai daerah di Banten.

"Dulu pernah sampai testing (pendaftaran) setengahnya (pendaftar) tidak diterima sampai membludaknya," kata Samsudin kepada wartawan, Senin (29/6).

2. Peserta didik kelas XI dan XII dipindahkan ke sekolah lain

IDN Times/Khaerul Anwar

Untuk peserta didik yang naik tingkat kelas XI dan XII, lanjut dia, pihaknya telah memindahkan seluruh murid dan guru ke sekolah sesuai zonasinya. Kemudian semua peralatan dan fasilitas penunjang sekolah semua akan dihibahkan ke sekolah lain yang membutuhkan.

Semasa masih beroperasi, sekolah tersebut memiliki fasilitas lengkap, mulai dari ruang multimedia, laboratorium fisika-kimia- biologi, laboratorium komputer, pengembangan prestasi, masjid, sarana olahraga, studio band, lingkungan dan ruangan berAC.

Memiliki fasilitas praktek, laboratorium teknik ketenagalistrikan, bengkel pemesinan dan bengkel teknik listrik. Lalu memiliki program keahlian teknik mesin dan teknik ketenagalistrikan.

"Banyak alumninya yang sudah jadi anggota dewan dan dosen-dosen di Untirta banyak lulusan sini," kata Samsudin yang sudah 26 tahun mengabdi sebagai guru itu. 

3. Kesulitan membayar biaya operasional

IDN Times/Khaerul Anwar

Dengan berkurangnya siswa yang masuk, membuat salah satu sekolah swasta favorit itu kesulitan membayar biaya operasional, mulai dari pembayaran listrik dan gaji guru. Bahkan, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pun tidak cukup untuk membayar biaya operasional sekolah.

"Listrik aja Rp20 juta sebulan. Karena di sini AC semua mesin bubut mesin gede-gede jadi tidak mencukup sedangkan siswa sedikit dapet berapa? Listrik aja gak cukup," katanya.

Editorial Team