Tahun 2024, 52 Warga Lebak Idap Kusta

Intinya sih...
- Ada 52 kasus kusta di Lebak, 2 di antaranya disertai kecacatan.
- Gejala kusta bisa ringan atau berat, perlu penanganan lanjut jika komplikasi.
- Kasus kusta tahun 2024 naik 10 orang dari tahun sebelumnya, pencegahan dilakukan dengan Kemoprofilaksis.
Lebak, IDN Times - Sebanyak 52 warga Lebak menderita penyakit kusta yang disebabkan bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini secara perlahan menyebabkan kerusakan pada anggota tubuh berbentuk lepra atau buduk.
Data tersebut berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak dari pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) sepanjang tahun 2024.
“Ada 52 kasus yang ditemukan terdiri dari 47 kasus pada orang dewasa, 5 kasus pada anak dan dua kasus disertai kecacatan,” kata Plt Kepala Dinkes Lebak, dr. Budhi Mulyanto, Kamis (30/1/2025).
1. Kasus terbanyak terjadi di Rangkasbitung
Budhi mengatakan, puluhan kasus baru kusta selama tahun 2024 berada di 24 puskesmas, dengan kasus terbanyak ditemukan di Puskesmas Rangkasbitung, Mekarsari, dan Curugbitung.
“Gejalanya mulai dari pausibasiler (PB) yakni gejala tidak jelas biasanya cuma bercak pucat di kulit tanpa ada manifest atau gangguan saraf dan multibasiler (MB),” kata Budhi.
2. Pengobatannya dilakukan di puskesmas terdekat
Pasien-pasien dengan gejala ringan masih bisa ditangani di puskesmas wilayah masing-masing. “Tetapi kalau sudah sampai terdapat komplikasi ke saraf atau organ, maka perlu dirujuk ke rumah sakit untuk mendapat penanganan lanjut,” kata Budhi.
3. Kasusnya meningkat dibanding tahun 2023
Jika dibandingkan dengan angka kasus pada tahun 2023, kasus kusta pada tahun 2024 mengalami peningkatan 10 orang.
“Untuk mencegah penularannya dengan upaya Kemoprofilaksis yakni memberikan obat pada kontak penderita kusta. Obat rifampisin dengan dosis tunggal diberikan kepada kontak penderita yang memenuhi kriteria dan persyaratan,” terang Budhi.
Budhi menjelaskan, orang yang melakukan kontak dengan penderita merupakan kelompok yang sangat berisiko tertular kuman kusta. Oleh karena itu, pencegahan sedini mungkin sangat perlu dilakukan.
“Pemberian kemoprofilaksis jadi salah satu strategi sebagai upaya pengendalian dan pencegahannya,” katanya.