Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sampah di TPA Cipeucang melebihi kapasitas
Sampah di TPA Cipeucang melebihi kapasitas (IDN Times/Muhamad Iqbal)

Intinya sih...

  • Tidak mungkin memenuhi tuntutan warga soal penutupan TPA

  • Solusi yang ditawarkan Pemkot Tangsel dinilai tak menyentuh akar persoalan

  • Warga memberi ultimatum akan menggelar aksi jika tuntutan tak segera dipenuhi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tangerang Selatan, IDN Times — Rencana Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menggelontorkan Rp50 miliar untuk pembebasan lahan warga di sekitar TPA Cipeucang, Serpong, mendapat respons datar dari warga terdampak. Mereka menilai solusi tersebut tidak menjawab masalah mendesak yang sudah mereka hadapi bertahun-tahun akibat longsoran sampah dan banjir lindi.

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangsel, Hadi Widodo mengatakan, tahap awal pembebasan lahan seluas sekitar 4.000 meter akan dilakukan dalam waktu dekat. Bidang lahan yang dibebaskan mayoritas berada di dua wilayah RW. Tim pengadaan lahan kini tengah memutakhirkan data, melakukan appraisal, dan menyusun mekanisme pembayaran.

“Bidang lahan ini yang paling banyak dibebaskan tahun depan. Sisanya, total sekitar tiga hektare, akan diproses juga secara bertahap. Anggarannya dari APBD 2026,” kata Hadi, Selasa (9/12/2025).

1. Tidak mungkin memenuhi tuntutan warga soal penutupan TPA

Warga Serpong Geruduk Kantor DLH, Desak TPA Cipeucang Segera Ditutup (Dok. IDN Times/Warga TPA Cipeucang)

Ia menegaskan, tidak mungkin memenuhi tuntutan warga untuk menutup TPA Cipeucang sepenuhnya. Menurutnya, opsi itu justru akan menimbulkan persoalan baru: sampah akan menumpuk di jalan dan permukiman karena tidak ada lokasi pembuangan. “Banyak faktor yang harus direncanakan secara matang, termasuk anggaran. Kami coba maksimalkan,” ujarnya.

Namun di lapangan, pembebasan lahan dianggap bukan solusi cepat, terutama untuk warga yang sudah berulang kali terdampak banjir lindi—air limbah berbau menyengat yang berasal dari tumpukan sampah.

Agus (60), warga Kampung Curug Serpong, mengatakan yang paling mendesak adalah penanganan longsoran sampah yang menutup aliran anak Kali Cirompang. “Keruk dulu longsoran sampahnya biar air lancar,” tegasnya.

2. Solusi yang ditawarkan Pemkot Tangsel dinilai tak menyentuh akar persoalan

Lingkungan warga di sekitar TPA Cipeucang banjir air lindi (Dok. IDN Times/Agus)

Ia mengungkapkan, bahwa setiap hujan deras, rumahnya terendam air lindi hingga setinggi lutut orang dewasa. Gunungan sampah kini berada sangat dekat dari rumah warga, hanya “selemparan batu”.

“Rumah saya kayak mau diuruk sampah. Ngapain ngomongin pembebasan lahan dulu, pikirin keselamatan warganya,” keluh Agus.

Sementara itu, warga lain bernama Dulrohman mengaku kediamannya pernah didatangi pegawai DLH yang membahas pembebasan lahan. Namun ia mengusir tamu tersebut karena merasa pembahasan itu tidak menyentuh persoalan yang sedang dihadapi warga.

“Otoy pernah datang ke rumah. Langsung saya usir. Saya bilang, emangnya lu siapa,” ujarnya.

Dulrohman menegaskan, persoalan utama warga adalah kesehatan dan kondisi lingkungan, bukan sekadar nilai ganti rugi. Ia menyebut kompensasi uang bau yang selama ini diberikan sekitar Rp250 ribu per tahun per keluargatidak sebanding dengan kondisi lingkungan yang semakin parah.

Enam poin tuntutan warga telah ditandatangani bersama pejabat DLH Tangsel, termasuk penanganan longsoran sampah, normalisasi aliran air, hingga kompensasi kesehatan. Warga memberi ultimatum akan menggelar aksi dengan mendirikan tenda dan menginap di Puspemkot Tangsel jika tuntutan tak segera dipenuhi.

“Kami sudah capek janji-janji. Kalau tidak ada tindakan cepat, kami kemping di Puspemkot,” kata salah satu warga.

Editorial Team