Selain berfungsi sebagai media hiburan, ubrug pun difungsikan sebagai sarana melestarikan bahasa daerah dan media penanaman moral, melalui cerita yang dibawakan.
Salah satu ciri khas ubrug, para lakon menggunakan bahasa Sunda dialek Banten, Jawa dialek Banten, hingga Melayu Betawi. Kekayaan bahasa dan budaya Banten dapat terlihat dari pertunjukan ubrug karena pegiat seni ini umumnya menguasai banyak bahasa.
‘’Salah satunya abah Rancung seniman ubrug asal Panimbang, Pandeglang menguasai tiga bahasa,” kata salah satu pegiat Ubrug di Pandeglang Parwa Rahayu, kepada IDN Times, Jumat (27/5/2022).
Parwa menyampaikan, sejak masa kolonial, hampir semua pertunjukan rakyat digunakan sebagai alat perjuangan, pengumpul massa, hingga sebagai identitas masyarakat.
Ya, di masa penjajahan dulu, ubrug kerap dipakai sebagai sarana untuk memata-matai musuh. “Sebagai misi intelijen untuk mengetahui kekuatan musuh atau musuh dimana karena mereka berkeliling saat mentas,’’ katanya.
Namun setelah penjajahan, kesenian ini menjadi sarana hiburan masyarakat bagi masyarakat pelosok di Banten. "Kalau di kota, jadi media sosialisasi program pemerintah,’’ katanya.