TPA Cipeucang sudah over capacity (IDN Times/Muhamad Iqbal)
Sebelumnya, manajer Kampanye Tata ruang dan Infrastruktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Dwi Sawung menilai, proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) di Tangerang Selatan tidak realistis.
Penilaian tersebut, kata dia, jika mengacu pada kemampuan pembiayaan daerah terhadap skema pembayaran pengolahan sampah serta potensi pembengkakan biaya yang disebabkan sampah yang diangkut tanpa terpilah.
"Kami lihat APBD-nya saja lah, sanggup enggak sih dia membiayai itu (PSEL)? Di Solo itu kan karena ada bantuan pemerintah pusat ya, waktu itu," kata Sawung, Senin (26/5/2025).
Sawung mengatakan, di seluruh dunia, rata-rata biaya pengolahan sampah per ton di angka Rp500 ribu lebih.
Terkait output pengolahan sampah menjadi energi listrik, menurut Sawung, hal tersebut menjadi bonus saja dan tidak bisa diharapkan menjadi potensi pendapatan. "Jadi kalau mengharapkan dari sana menjual listrik dan jadi keuntungan yang bisa digunakan mengurangi biaya itu tidak realistis," kata dia.
Terlebih, lanjut Sawung, pengolahan sampah dengan metode tersebut sangat bergantung pada sampah yang sudah terpilah dengan baik. Sampah yang tidak terpilah, atau tercampur berpotensi membuat biaya pengolahan sampah membengkak.
"Apalagi kalau tumpukannya tercampur, segala macam ada sebetulnya membuat menjadi mahal dan susah juga. Kalau tercampur-campur gitu kan ada PR lagi untuk sortirnya. Sortirnya juga ada batas kapasitasnya," ungkapnya.