Waspada Perlemakan Hati Akibat Makan Cepat Saji Berlebihan

Tangerang, IDN Times - Organ hati pada manusia memiliki peranan penting untuk mendukung pendetoksifikasi darah, memproduksi empedu, membentuk protein, mengatur hormon, penyimpanan vitamin, dan sebagainya. Hati juga merupakan organ dalam terbesar dalam tubuh manusia, yakni sekitar 2 persen dari total berat tubuh manusia.
Karena begitu pentingnya, organ hati rentan terhadap gangguan, satu di antaranya perlemakan hati atau yang sering dikenal fatty liver.
"Di Indonesia, prevalansi perlemakan hati non-alkohol ada 51,04 persen pada studi tahun 2019, ini banyak terjadi di penduduk kota besar akibat gaya hidup, seperti makan makanan cepat saji atau junkfood berlebihan hampir setiap hari karena kemudahan teknologi," kata Hendra Koncoro, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Gastroentero-Hepatologi Mandaya Hospital Puri, Tangerang.
1. Perlemakan hati awal dari berbagai penyakit hati

Hendra menuturkan, Perlemakan hati juga bisa disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti terlalu sering mengonsumsi alkohol, obesitas, diabetes, hingga hipertensi.
"Gejala awal biasanya tidak spesifik, namun rasa tidak nyaman pada perut kanan atas bisa jadi gejala awal," ujarnya.
Hendra mengungkapkan, perlemakan hati merupakan awal dari berbagai gangguan pada hati, seperti sirosis hati bahkan hingga Kanker hati. Makanya, orang yang diketahui mengalami perlemakan hati harus dipantau agar tak berkembang ke tahap selanjutnya.
"Perlemakan hati bisa dideteksi awal dengan USG hati, biasanya citranya agak terlihat lebih terang dibandingkan organ pembanding lainnya seperti ginjal," jelasnya.
Jika sudah terdeteksi awal, kata Hendra, dokter biasanya menyarankan untuk melakukan berbagai macam tes fungsi hati untuk memastikan berapa persen perlemakan hati yang dialami pasien tersebut.
"Jika perlemakan hati masih di bawah 5 persen, maka biasanya dokter akan meminta pasien untuk melakukan kontrol rutin terlebih dahulu. Namun jika di atas 5 persen maka akan dilakukan tindakan lain," ungkapnya.
2. Perlemakan hati bisa berkembang menjadi sirosis hati dan kanker hati

Hendra mengungkapkan, pasien yang telah mengalami Perlemakan hati disarankan untuk melakukan medical check-up rutin setiap 6 bulan sekali untuk melihat perkembangan Perlemakan hati tersebut. Pasalnya, Perlemakan hati menjadi awal penyakit kronik maupun akut pada hati seperti pengerasan hati atau sirosis hati hingga kanker hati.
"Kalau sudah sirosis hati, gejalanya mulai terlihat seperti kuning pada mata dan kulit, linglung, penyusutan otot, perut buncit akibat penumpukan cairan perut, telapak tangan merah," tuturnya.
Jika sudah menjadi sirosis hati, biasanya dokter akan melihat kondisi yang menyertainya, seperti dokter akan menyarankan pengobatan diabetes, hipertensi, hingga menurunkan berat badan dengan mengubah gaya hidup. Namun, jika ditemukan virus seperti Hepatitis B atau C, maka dokter akan meresepkan antivirus.
"Namun, jika sirosis hati sudah sangat meluas dan membuat hati tidak lagi berfungsi, maka transplantasi hati akan menjadi solusi," jelasnya.
3. Jangan takut operasi pengambilan jaringan hati karena bisa tumbuh kembali

Sementara itu, Prof Toar JM Lalisang, Dokter Spesialis Bedah Subspesialis Bedah Disestive (Konsultan) Mandaya Hospital Puri mengatakan, hati merupakan organ yang bisa tumbuh kembali. Makanya, organ hati bisa diangkat hingga 75 persen dari total keseluruhan bagian.
"Jika ada benjolan, entah itu jinak atau ganas di organ hati maka salah satu opsi terbaik adalah pengangkatan bagian tersebut agar tidak menginfeksi jaringan yang masih sehat," jelasnya.
Namun, operasi bisa dilakukan jika kanker hati belum menyebar ke pembuluh darah lain. Pasalnya jika hal tersebut dilakukan, maka lanker akan kembali menginfeksi organ lain melalui pembuluh darah.
"Dokter juga akan melihat apakah memungkinkan jaringan yang tersisa ini untuk bisa tetap berfungsi dan tumbuh kembali," tuturnya.
4. Pengobatan lain dengan radiologi juga bisa dilakukan

Untuk mengobati kanker hati yang sudah menyebar, dokter juga menyarankan pasien agar melakukan berbagai pengobatan terapi radiologi, seperti TACE, C-TACE, TARE, Cone Beam CT, dan sebagainya.
Ben Widaja, Presiden Direktur Mandaya Hospital Group mengatakan, penanganan penyakit hati memang dibutuhkan tim dokter dari berbagai bidang spesialis, terintegrasi agar bisa mengomunikasikan kondisi pasien lebih baik. Untuk itu pihaknya menyediakan Mandaya Advanced Liver Center yang dilengkapi dengan peralatan medis, teknologi, dan metode terkini.
"Ada 25 dokter spesialis, subspesialis hingga profresor yang ahli dalam bidang hepatologi atau hati. Beberapa penyakit yang dapat ditangani di pusat liver Mandaya antara lain fatty liver, hepatitis, abses hati, fibrosis, sirosis, nodul hati hingga kanker hati," kata Ben.