IDN Times/Maya Aulia Aprilianti
Menurut Iwan, saat ini belum banyak komplek atau hunian tapak yang mengusung konsep hidup berkelanjutan atau sustainability. Yang ada hanyalah gedung sustainability, seperti perkantoran, ruko dan sebagainya.
“Belum banyak. Fenomenanya masih seperti blue ocean, jadi masih bisa dihitung jari. Jadi, harusnya bila saat ini ada developer mengusung hunian atau cluster sustainability, maka harus jadi nilai lebih bagi calon penghuninya,”tutur Iwan.
Bukan tanpa alasan mengapa pengembang mulai harus mengusung tema sustainability tersebut. Sebab, membeli properti atau hunian bukanlah untuk jangka pendek, melainkan investasi dihuni jangka panjang. Setidaknya masih bermanfaat dan mengikuti perkembangan jaman dan keadaan terkini 30 hingga 40 tahun ke depan.
“Bukan sekedar membeli rumah, tapi kita juga beli lingkungannya. Jadi, kalau 5 sampai 10 tahun kemudian keadaan rumah ataupun lingkungannya sudah tidak relevan dengan tantangan global, buat apa? Sudah pasti harganya akan turun,”ujar Iwan.
Namun sebaliknya, Iwan menuturkan, bila sebuah pengembang menjaga komitmennya dari awal untuk mempertahankan bahkan mengembangkan hunian lingkungan yang sustainability, maka harga propertinya akan terus naik.
"Sebab, ke depannya, konsep kehidupan berkelanjutan, akan sangat relevan dan memenuhi gaya hidup keluarga," ungkapnya.