Pemilik Sayuran Organik Merbabu (SOM), Shofyan Adi Cahyono. (IDN Times/Dhana Kencana)
Tidak banyak millennial yang terjun ke dunia pertanian, padahal prospek bisnisnya cukup menjanjikan asalkan mengetahui kunci suksesnya.
Di tengah pandemik, produk sayur mayur organik diburu karena dipercaya menyehatkan tubuh, dan juga mempunyai khasiat serta menjaga imunitas tubuh. Celah inilah yang dilirik Shofyan Adi Cahyono, millennial asal Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Usaha Sayuran Organik Merbabu (SOM) yang dia rintis sejak 2014 di Dusun Sidomukti, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan tetap eksis dan konsisten menghasilkan pangan sehat bagi sesama. Karena proses pembenihan, pembibitan, produksi tanaman, hama dan penyakit dalam pertanian organik sama sekali tidak menggunakan bahan kimia.
SOM bahkan telah berstandar SNI dan mendapat sertifikasi Organik Indonesia dari Lembaga Sertifikasi Organik (INOFICE) loh.
Semula, Shofyan yang kini baru berusia 25 tahun, gak ingin terjun ke dunia pertanian. Cita-citanya sejak SMA sebenarnya adalah menjadi pengusaha warung internet (warnet).
"Seperti dengan anak muda lainnya, suka dengan teknologi. Makanya waktu SMA pengin cita-cita masuk kuliah di teknologi informasi (TI). Mimpinya saat itu, enak hanya duduk-duduk bisa internetan dan main media sosial, dapat uang, gak perlu panas-panasan dan kotor-kotoran (seperti di pertanian)," akunya kepada IDN Times, akhir Agustus lalu.
Mimpinya untuk berkuliah di jurusan Teknologi Informasi Amikom Yogyakarta setelah lulus SMA Negeri 1 Grabag, Magelang ternyata harus pupus karena ditolak mentah-mentah oleh orangtua, Suwadi dan Suyanti, yang bersikeras memintanya untuk bertani saja dan kalaupun ingin kuliah harus ke jurusan Pertanian.
Ia pun kemudian kuliah dan mencapai gelar kesarjanaanya di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana dan saat ini tengah melanjutkan pendidikan pascasarjana Jurusan Ilmu Pertanian pada fakultas yang sama.
Shofyan mendalami pertanian berbekal pengalaman orangtuanya yang pada saat itu kesulitan menjual produk sayuran organik. Selama 7 tahun, sejak 2007 hingga 2014, kendala utama bukan pada budidaya melainkan pemasaran, kesulitan yang juga dialami para petani di wilayah Kopeng, Kabupaten Semarang.
Pria kelahiran Kabupaten Semarang, 20 Juli 1995 itu kemudian mulai membenahi produk pertanian organik milik orangtua. Salah satunya adalah pemasaran dengan menggunakan media sosial di dunia maya.
Ia meyakini bahwa petani yang melakukan pemasaran online, yakni memasarkan komoditasnya melalui media sosial, tidak harus bergantung kepada pasar konvensional.
Terobosan tersebut membuahkan hasil. Pangsa pasar SOM telah berkembang ke luar kota bahkan luar pulau. SOM juga memiliki reseller dan agen di beberapa daerah, seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Surabaya, Yogyakarta, dan Banjar Baru, Kalimantan Selatan.
SOM menjual lebih dari 80 jenis sayuran, baik yang umum maupun yang khusus, dengan harga jual terjangkau untuk segmen menengah ke atas. Masa pandemi virus corona bahkan meningkatkan pembelian produk sayuran organik. Omzet bulanan SOM rata-rata per bulan mencapai Rp300 juta.
Hasil positif tersebut turut dirasakan salah satu agen SOM di Semarang, Hamzah Ari Wibowo yang mengaku selama pandemi penjualannya relatif naik. Tak tanggung-tanggung, omsetnya mampu tembus Rp50 juta hingga Rp60 juta per bulan.
"Dari awal usaha sudah melakukan penjualan online sebagai konsep interaksi ekonomi. Jadi ketika pandemi, aktivitas ekonomi beralih ke online dan SOM sudah lebih siap daripada yang lain. Ditambah produk sayur organik memang dinilai lebih sehat dan menyehatkan. Yang laris wortel, tomat, pakcoy, kale, horenso," ungkapnya ketika dihubungi IDN Times melalui WhatsApp, Rabu, 30 September 2020.
Tulisan ini merupakan kolaborasi Hyperlocal IDN Times. Tim Penulis: M Iqbal, Masdalena Napitupulu, Larasati Rey, Fariz Fardianto, Silviana, Dhana Kencana, Debbie Sutrisno, Azzis Zulkhairil, Ayu Afria Ulita Ermalia
Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19, menggelar kampanye 3 M : Gunakan Masker, Menghindari Kerumunan atau jaga jarak fisik dan rajin Mencuci tangan dengan air sabun yang mengalir. Jika protokol kesehatan ini dilakukan dengan disiplin, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan virus. Menjalankan gaya hidup 3 M, akan melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Ikuti informasi penting dan terkini soal COVID-19 di situs covid19.go.id dan IDN Times