Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Olah Pare Jadi Beragam Rasa, UMKM Lebak Ini Tembus Pasar Ritel Modern

IDN Times/Muhamad Iqbal

Lebak, IDN Times - Pare atau paria dikenal sebagai bahan sayuran dengan rasa sedikit pahit. Namun, di tangan Ratu Yunita, pare bisa menjadi snack sehat loh. 

Perempuan 44 tahun asal Kalanganyar Kabupaten Lebak kini sukses mengembangkan bisnis kripik berbahan sayur paria atau pare. Dari sekadar mencari solusi untuk anak-anaknya agar mau mengonsumsi sayur, olahan Yunita kini sudah merambah ke swalayan-swalayan modern.

Membuat pare menjadi keripik yang tidak pahit rasanya dan malah menyajikannya dalam berbagai rasa, seperti rasa pedas, daun jeruk dan cokelat jadi kunci sukses Yunita menjadi ibu rumah tangga yang wirausahawan.

Mengawali bisnis dengan modal Rp500 ribu, kini Yunita mampu meraup omzet puluhan juta rupiah dalam sebulan.

1. Yunita dapat ide karena anak tak mau makan sayur

ilustrasi keripik pare (instagram.com/dhinar_food) Ilustrasi pare (unsplash.com/rose_reshma)

Yunita memulai usaha kripik pare dari tahun 2018 lalu, ide usahanya ditemukan saat ia mencari ide menyuguhkan olahan sayuran untuk anaknya yang sulit makan sayur. Dia pun memutar otak agar anaknya tetap bisa mengonsumsi sayuran. 

"Saya buat lah jadi kripik. Akhirnya suka udah gitu saya coba lagi ke orang terdekat ke saudara gitu ya, ya ternyata mereka juga suka terus saya coba lagi ke teman teman teman dekat saya ternyata mereka banyak yang minta," kata Yunita kepada IDN Times, Minggu (11/6/2023).

Bermodal Rp500 ribu, dari situlah Yunita akhirnya fokus untuk membuat olahan kripik dari pare. Menurutnya, sayur pare yang memiliki karakter kuat dengan rasa pahitnya jadi alasan para konsumennya akhirnya membeli.

"Pertama karena pahit terus enggak umum, jadi itu jadi tantangan buat saya buat bikin sesuatu yang punya nilai jual gitu ya dan ternyata alhamdulillah banyak yang suka," imbuhnya. 

Kripik pare ini pun unik, tak seperti kripik singkong yang sudah banyak beredar di pasaran. "Kalau kripik paria pertama udah aneh dan banyak yang ingin nyoba dan akhirnya beli gitu itu awalnya," kata Yunita.

2. Inovasi jadi cara mengembangkan dan menaikan penjualan

Dok. IDN Times/Mamah Octo

Seiring berjalan waktu dan usahanya semakin berkembang dan legalitas usahanya diurus, Yunita mulai melakukan inovasi dengan membuat desain kemasan produk yang menarik secara visual, di saat bersamaan ia pun terus menimba ilmu untuk pengembangan produk dari sisi varian rasa.

"Ternyata dari kemasan juga kita harus punya nilai jual dan daya tarik, nah saya di situ belajar lagi ke ahli kayak ahli desain ahli kemasan gitu dan sampai sekarang ya udah jadi gitu dari kemasan dari produknya ya udah siap jual seperti itu," ungkapnya.

3. Usaha melaju pesat di saat wabah COVID-19 melanda

Dok. IDN Times/Mamah Octo

Semenjak saat itu, usahanya semakin berkembang cepat. Bahkan di saat wabah COVID-19 merebak, penjualan produknya malah naik pesat dibanding tahun sebelumnya. Di masa pandemik, Yunita bahkan malah mendapat kontrak kerja sama dengan beberapa swalayan dan perusahaan ritel ternama untuk memasok produknya.

"Pas di masa COVID-19 itu orang apa ini apa orang banyak yang tutup malah kita banyak yang ajak kerja sama dan perlu kita lagi naik-naiknya pak mas mas COVID-19 itu ya saya di diajak kerja sama dikontrak sama Alfamart, sama Matahari," kata dia.

Kerjasama tersebut, lanjut Yunita, sampai saat ini masih berlangsung. Kini ia berfokus pada pengembangan pasar untuk bisa memasok produknya ke banyak swalayan dan ritel modern lain.

"Sampai sekarang dan alhamdulillah sih dari pertama itu dari pas COVID-19 itu kan kita dikasih toko cuma 10 nah sekarang itu kita dikasih 84 dan ke depannya itu kita (bisa) masuk 450 toko di Alfamart," kata dia.

4. Yunita raup omzet puluhan juta dalam sebulan

ilustrasi uang (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Dari hanya modal Rp500 dan keuntungan di angka yang sama dengan semua pengerjaan produk ia lakukan sendiri, dengan dibantu empat karyawan dan resseler yang bergerilya promosi melalui sosial media, Yunita kini mampu meraup omzet rata-rata puluhan juta dalam sebulan.

Bahkan pada waktu tertentu, ia pernah mendapat pesanan bernilai puluhan juta dalam sehari.

"Sekarang itu sehari Rp500 ribu sampai Rp1 juta bahkan lebih kalau misalkan kita ngikutin pesenan gitu ya lebih karena saya kan kalau yang penting itu mengutamakan yang cash jadi biar perputaran modalnya itu cepat ya," kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Iqbal
Ita Lismawati F Malau
Muhammad Iqbal
EditorMuhammad Iqbal
Follow Us